Ekonomi Sulit, Warga Kurang Antusias Bicara Pilkada

Ekonomi Sulit, Warga Kurang Antusias Bicara Pilkada
Maskot Pilkada Kuansing 2015. ( ktc )

TELUK KUANTAN - Ditengah kesulitan ekonomi akibat ambruknya harga karet dan kelapa sawit, ditambah musim kemarau dan kabut asap, minat warga mengupas masalah Pilkada tak seantusias pada Pilkada 2011 lalu. Obrolan dan kp;uasan masalah politik lebih banyak di kedai-kedai kopi di ibu kota kabupaten dan kota kecamatan, itu pun oleh mereka-mereka yang terkait dengan masing-masing pasangan calon, baik tim pemenangan dan relawan serta simpatisan.

Rizal warga Kopah mengakui hal ini. " Ndak etong politik masyarakat sekarang, sibuk mencari yang kan dimakan, sudahlah payah dapat duit, duit pun tak berharga, kalau duit seratus sudah dipecah ( belanja ), ndak terasa habisnya,"ujarnya.

Warga katanya, saat ini bagaimana mencari emas, berkebun, beladang ( menanam padi ), bekerja untuk mencari duit. " Bagaimana mau urus yang lain, urus diri sendiri saja sekarang payah,"ujarnya.

Begitu juga kata Sandi warga Seberang Taluk. " Tak  mikir itu orang sekarang do, mungkin dekat-dekat hari memilih, mungkin meningkat,"ujarnya.

Diakuinya, saat duduk-duduk di kedai, ada saja pendukung yang berusaha memancing obrolan politik. Namun kebanyakan mengangguk saja, tidak membantah dan tidak mengiyakan. " Angguak-angguak balam isitilah orang kampung Kita, ya kalau dilayani kepala makin pening, kalau dilawan ya pasti debat tak ada ujungnya,  padahal ke kedai kan untuk menghilang-hilangkan stres dengan cerita-cerita ringan dan lucu,"ujarnya tersenyum.

Ketua Lembaga Peduli Kuansing, Ilyas, Jumat ( 4/9/2015 ) juga mengakui hal yang sama. Selain karena faktor ekonomi yang sulit saat ini hasil amatannya masyarakat semakin cerdas menyikapi situasi politik. Apalagi diakar rumput, mereka tidak ingin terkena dampak pasca Pilkada. Akan tetapi dalam pemberian hak suara, katanya mayoritas masyarakat akan mendatangi TPS untuk mencoblos.

" Dulu debat sampai tegang urat leher hal biasa terjadi, bahkan tak bertegur sapa akibat dukung mendukung, sekarang tensinya menurun secara umum, lebih kurang dari yang dulu,"ujarnya.

Seterusnya kata Ilyas, masyarakat semakin faham, siapapun yang menang, yang mendapat keuntungan mereka-mereka yang berjasa dalam pemenangan masing-masing calon, yang PNS bisa mendapat jabatan, kontraktor bisa mendapat proyek atau mendapat kemudahan anggota keluarga bekerja atau mendapat kemudahan menerima bantuan dari Pemda.

" Konsekuensi logis seperti ini semakin disadari masyarakat. Kelompok mana yang menang ya mereka yang mendapat prioritas buah dari perjuangan keras mereka, baik moril dan materil terhadap calon yang mereka usung selama ini, ndak mungkin buah perjuangan dinikmati orang lain, jadi kalau tak terlibat tak akan mendapat keuntungan secara langsung, karena itu mereka rata-rata fokus bekerja memperbaiki nafkah keluarga masing-masing,"ujarnya. 

Apalagi dalam praktek Pilkada selama ini dimana saja hal tersebut katanya memang terjadi. " Siapa yang menang pendukung mereka yang diutamakan, kalau ada statemen akan menerapkan profesionalisme disegala bidang itu jargo-jargon yang sulit direalisasikan. Kan gak mungkin, orang yang sudah berusah payah berjuang, siang dan malam , berhari-hari, masak gak diperhatikan, yang diperhatikan malah yang tidak mendukung apa kata yang orang yang telah matia-matian mendukung, itu kurang realistis. Ini yang membuat masyarakat diam dan menonton dan tidak ingin terlibat langsung apalagi yang tidak memiliki kepentingan langsung. Jargon-jargon terlalu idealis kurang diyakini masyarakat akan diterapkan. Tetapi kalau ada calon terpilih yang bisa berlaku ideal ya Alhamdulillah sekali dan harusnya seperti itu,"ujarnya.

Namun demikian Ilyas mengajak masyarakat memantau perkembangan politik setiap saat. Karena ini momentum memilih pemimpin Kuansing untuk lima tahun kedepan. Mereka harus memiliki pengetahuan mengenai rekam jejak dan kemampuan masing-masing calon serta program-program yang mereka usung.

" Harus punya informasi yang akurat terhadap visi misi ketiga pasangan calon sebelum menentukan pilihan,"ujarnya.

" Wajib memantau perkembangan politik terutama program-program masing-masing kandidat, jangan tutup mata, ini momentum lima tahun sekali yang menentukan nasib daerah. Jangan pula anti dan jauhi politik, masuk politik gak masalah yang penting gunakan cara-cara sehat, istilahnya terangkan lampu Kita jangan padamkan lampu orang lain, "tutupnya.( isa )

Berita Lainnya

Index