Sampah, Biaya Parkir, Lapak Pedagang Dikeluhkan Pengunjung Guruh Gemurai

Sampah, Biaya Parkir, Lapak Pedagang Dikeluhkan Pengunjung  Guruh Gemurai
Air terjun Guruh Gemurai

TELUK KUANTAN —Objek wisata Air Terjun Guruh Gemurai di Kecamatan Kuantan Mudik masih jadi primadona berlibur di Kuansing, Riau.

Buktinya, pada libur tahun baru lalu objek wisata kebanggaan masyarakat Kuansing ini dikunjungi 1.500 wisatawan.

"Libur tahun baru kemarin kunjungan di air terjun Guruh Gemurai mencapai 1500 orang. Itu data kunjungan tamggal 25 desember 2019 sampai 5 Januari 2020 ," kata Kepala Dinas Pariwisata Kuansing, Indra Suandi melalui Kabid Pariwisata Nasjuneri ST kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (8/1/2020).

Namun sejumlah masalah masih mendera objek wisata tersebut seperti munculnya keluhan masyarakat. Mulai dari biaya parkir, sampah berserakan dan kios pedagang kaki lima yang semrawut. Itu pantauan dilapangan dan keluhan dimedsos.

Katanya melihat tingkat kepuasan pengunjung perlu dilakukan guna menjadi bahan perbaikan. Karena pariwisata terkait jasa dan pelayanan.

"Masalah sampah, PKL dan biaya parkir masih menjadi masalah di sana. Itu keluhan pengunjung," katanya yang baru saja dilantik.

Diakuinya tumpukan sampah terlihat di mana-mana. Mulai dari lahan parkir, jalan-jalan menuju objek wisata hingga di air terjunnya. Tentu hal ini cukup mengganggu kenyamanan pengunjung. Karena sampah membuat terkesan jorok.

"Memang sampah masih banyak. Biasanya dibuang atau ditinggal pengunjung begitu saja usai makan," katanya.

Selain itu katanya, juga ada masalah biaya parkir dan keluhan pembayaran double. Dipintu masuk sudah bayar retribusi, saat parkir didalam juga bayar lagi.

"Meski tidak setiap hari, namun membayar dua kali ini dikeluhkan masyarakat. Misal pada musim libu," katanya.

Menertibkan masalah parkir itu katanya, kedepan pihaknya akan mengundang pihak terkait, diantaranya pihak kepolisian, Satpol PP, pemerintah desa dan pemuda.

"Intinya, kita akan lakukan pembinaan kepada mereka. Kita nanti khawatir ada pengunjung yang melapor adanya Pungli ke Polisi maka terjadi masalah hukum. Zaman sekarang orang bisa saja melapor lewat sms, WA atau masengger ke Polisi," katanya.

Karenanya Nasjuneri menawarkan sejumlah solusi, yakni berencana merekrut pemuda setempat sebagai karyawan honor musiman. Karena saat ini hanya ada enam orang karyawan honor disana dan ini tidak ideal untuk mengurus objek wisata yang luas itu.

"Para pemuda itu nanti dapat honor harian, yang diberdayakan pada musim liburan. Dan perlu ada payung hukum nanti, " katanya.

Ingat katanya peran pemuda setempat mengatur parkir juga besar mencegah kesemrawutan pada musim libur., baik diarena objek wisata atau dipintu masuk.

Kalau tidak ada mereka parkir posisi parkir kenderaan bisa kacau dan membuat macet sekaligus memberi rasa aman.

" Karena itu Kita akan lakukan pembinaan bersama-sama secara terus menerus,"ujarnya.

Lanjutnya, ia berharap jika parkir dikelola baik bisa jadi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Masalah lain yang tak kalah penting ungkapnya, yakni masih semrawutnya pedagang kaki lima (PKL). Makanya pihaknya akan melakukan penataan terhadap PKL tersebut.

Karena saat ini masih ada yang mendirikan kios di bawah atau di samping jalan ke arah air terjun.

"Tentu menghalangi view para wisatawan saat akan melihat air terjun dari atas. Maka harus dipindah keatas agar tak menghalangi pandangan," katanya.

" Namun pedagang disana sangat penting dan dibutuhkan,"sambungnya. 

Menurutnya, mereka mau dipindah ke atas, asalkan semua pedagang ditata dengan baik.

"Kalau ditata, harus seluruhnya. Itu kata mereka. Maka akan kita tata kedepan," katanya.

Masalah lain yang perlu perbaikan katanya masih banyak. Mulai dari mengganti tangga yang sudah lapuk, meningkatkan kualitas kamar ganti, WC dan sarana penunjang lain.

" Sarana prasarana dan insfrastuktur disana masih yang dibangun dulu-dulunya. Perlu perbaikan menyeluruh termasuk pelayanan agar timbul rasa nyaman dan aman bagi pengunjung,"pungkasnya( isa )

Berita Lainnya

Index