Tradisi Berdoa Secara Bergantian Yang Membuat Perantauan Rindu Kampung Halaman

Tradisi Berdoa Secara Bergantian Yang Membuat Perantauan Rindu Kampung Halaman
Makan bersama usai doa suku di desa Koto Kombu kecamatan Hulu Kuantan.( ktc )


TELUK KUANTAN- Lebaran Idulfitri adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali bagi sebagian masyarakat Kuansing  terutama di Kecamatan Hulu Kuantan.

Untuk melengkapi suasana kemenangan setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dan berkumpul bersama sanak saudara yang pulang dari perantauan, sebagian masyarakat menggelar acara bedo'a (berkumpul dengan sanak saudara makan bersama yang diawali doa yang dipimpin ustaz).

Tidak heran jika pada 1 Syawal atau pada hari pertama lebaran setiap tahunnya, hampir setiap rumah secara bergantian mengundang sanak saudara untuk bedo'a, bahkan sehari bisa lima-delapan rumah menggelar bedo'a secara bergantian.

Tradisi bedo'a yang telah berlangsung turun menurun tidak lain maksudnya selain untuk merajut silatruahmi dengan sanak saudara juga sebagai wujud syukur atas rezeki yang diberikan Sang Pencipta mulai dari hasil bumi sehingga berkah, kesehatan keluarga serta mendoakan sanak keluarga yang telah wafat sehingga amal ibadah diterima di sisi Allah swt.

Berbagi sebagai Wujud Syukur
Ada makna tersendiri yang terkandung dari tradisi bedo'a khususnya bagi warga setempat yang mayoritas penduduk beragama Islam. Karena bedo'a yang rata-rata digelar satu tahun sekali itu menunjukkan betapa momentum Idulfitri menjadi wadah mensyukuri rezeki yang telah diterima dengan berbagi bersama keluarga di lingkungan tempat tinggal melalui hidangan makanan yang disiapkan pemilik rumah yang diawali dengan doa dan puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad saw.

Sedangkan bagi para perantau yang mudik dan merayakan Idulfitri bersama keluarga, bedo'a menjadi wadah untuk bertemu sanak saudara. "Tradisi bedo'a ini yang membuat kami merindukan kampung halaman,"kata Mega, warga Desa Koto Kombu  yang menetap di Pekanbaru.

Daud, warga setempat lainnya yang merantau di Kota Jakarta juga menuturkan hal yang sama. Menurut dia, tradisi bedo'a adalah adat budaya yang menunjukkan kebersamaan untuk mempersatukan dari berbagai suku adat istiadat yang terdapat di daerah tersebut. Tradisi seperti ini kata dia,  dilakukan setiap tahunnya dalam merayakan Idulditri maupun Iduladha.

Doa Kuburan dan Halal bi Halal Momen Untuk Merajut Silaturahim.

Selain tradisi menggelar doa secara bergantian yang membuat sanak saudara yang berada di perantauan merindukan kampung halaman. Tradisi doa kuburan dan halal bi halal juga merupakan momentum yang dilakukan setiap tahunnya usai pelaksanaan idulfitri.

Di daerah tersebut, acara doa kuburan dan halal bi halal ini dilakukan di masing-masing rumah adat setiap suku. Biasanya rumah ini mereka sebut dengan Rumah Godang (rumah besar dalam tatanan adat setempat)

Di Kecamatan Hulu Kuantan sendiri terdapat beragam suku adat istiadat. Diantaranya ada  suku Kampai, Suku Caniago Besar, Suku Caniago Kecil, Suku Piliang, Suku Melayu dan masih ada suku lainya.

Menurut warga setempat. Masing-masing suku ini memiliki rumah besar atau yang mereka sebut rumah godang suku. "Rumah besar inilah yang dijadikan oleh masing-masing suku untuk mengadakan kegiatan-kegiatan adat, seperti musyawarah persukuan, acara halal bi halal dan doa kuburan," ujar salah seorang pemangku adat setempat yang bergelar Majuanso kepada wartawan Senin(20/8/15).

Doa kuburan dan halal bi halal ini menurut dia, merupakan momen untuk pulang bersama  bagi setiap masing-masing suku kerumah besar tersebut. Setelah itu barulah digelar kegiatan doa kuburan dan halal bi halal.

Doa kuburan ini bertujuan, adalah untuk mengingat para sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia. Menurut pantauan , para pemangku adat dimasing-masing suku serta seluruh  cucu kemanakan, bersama-sama berziarah ke makam kuburan pesukuan tersebut.

Didaerah tersebut, masing-masing suku memiliki tempat pemakaman sendiri-sendiri. Tidak sama halnya dengan daerah lainnya atau diperkotaan yang memiliki Tempat Pemakaman Umum(TPU) yang mana,  semua suku yang telah meninggal dunia dikuburkan menjadi satu lokasi pemakaman.

Selanjutnya, setelah berziarah kemakam pesukuan itu, para pemangku adat dan cucu kemanakan lantas kembali lagi kerumah besar pesukuan guna untuk menggelar acara halal bi halal yang intinya untuk memperdalam ilmu agama. Selain itu, diacara halal bi halal ini juga bertujuan untuk saling bersilaturahmi antar warga perantau dengan warga lainya yang menetap di kampung halaman.( yus  )

Berita Lainnya

Index