Di Gunung Toar, Warga Masih Pertahankan Tradisi Doa dari Rumah ke Rumah Saat Idul Aha

Di Gunung Toar, Warga Masih Pertahankan Tradisi Doa dari Rumah ke Rumah Saat Idul Aha
persiapan warga menjelang doa rumah ke rumah. ( ktc )

TELUK KUANTAN - Jika disebagian besar daerah, tradisi lebaran Idul Adha hampir hilang terutama saling kunjung mengunjungi, di kecamatan Gunung Toar tradisi itu masih dipertahankan walaupun ditengah kesibukan.Ini yang membuat suasana hari raya menjadi hidup dan membuat rindu keluarga yang sedang berada di perantauan.

Kaum bapak-bapak dan laki-laki akan mendatangi rumah-rumah warga dalam istilah setempat meantar doa ke rumah-rumah warga. Kegiatan ini bisa sesudah sholat Idul Adha bisa sesudah pemotongan hewan kurban dilaksanakan seperti yang kembali terlihat pada Idul Adha 1435 H, Minggu ( 5/10/2014 )

Sehari sebelum hari raya Idul Adha, kaum ibu akan memasak aneka makanan namun yang menjadi khas tetap lemang dengan pulut hitam dan lemang dengan sri kaya. Kaum ibu juga tak ketinggalan membuat gulai , baik gulai ayam dan daging. Namun yang favorit biasanya gulai ayam dengan cipuik ( siput yang berasal dari sawah ).

Karena itu menjadi pemandangan yang jamak, sehari sebelum lebaran Idul Adha, terlihat ibu-ibu sedang memasak lemang diatas bara api. Lemang campur puut hitam dan lemang dengan sri kaya akan disajikan saat rombongan warga yang mengikuti meantar doa dari rumah ke rumah datang. Gulai ayam campur cipuik bisa nya menjadi favorit disamping goreng dan gulai ikan dari sungai Kuantan.

Tradisi yang dipertahankan warga Gunung Toar yang selalu menggelar tradisi ini diacungi jempol warga daerah lain. Seperti yang diutarakan Silisman warga desa Pulau Aro. " Kalau mau terasa suasana lebaran datanglah ke kampung-kampung seperti di Gunung Toar, doa rumah ke rumah masih dipertahankan, nampak meriah dan terasa hari Raya, kalau di kota sudah hari raya seperti Idul Adha sudah seperti hari -hari biasa,"ujarnya

Bagi warga yang baru menjadi urang sumondo di Gunung Toar atau baru menetap di daerah ini awalnya akan terkaget dengan tradisi ini. Karena dirasa tidak mungkin untuk makan setiap datang ke rumah warga dalam tradisi ini. Karena jika makan sepuas-puasnya diperkirakan setelah mendatangi tiga rumah, perut  sudah tidak akan tahan lagi menampung makanan. Namun warga setempat biasanya memberi trik untuk menghadapi bagi urang sumondo dan warga yang baru ikut tradisi ini. Biasanya disarankan untuk tidak makan terlalu banyak.

Abun Nawas salah seorang pemuka agama di dusun I desa Pisang Berebus, mengaku tradisi ini sudah lama dilaksanakan. Tidak hanya Idul Adha, sampai sekarang tradisi meantar doa dari rumah ke rumah dilakukan juga saat Idul Fitri, Maulud Nabi Muhammad SAW dan Israk Mikraj.

Menurutnya, tradisi ini baik dan mendapat dukungan dari warga sehingga masih dapat bertahan, karena itu baik rumah warga yang berada dan yang tidak berada akan tetap dikunjungi. Selain meningkatkan silahturahmi antar warga, rasa syukur kepada Allah SWT, kegiatan meantar doa dari rumah ke rumah juga untuk mendoakan keselamatan warga yang rumahnya dikunjungi juga untuk keluarga yang telah mendahului ( meninggal dunia ) dan juga agar hajat tuan rumah seperti agar panen  tidak gagal dan berhasil hendaknya.

" Jadi tidak hanya keluarga yang mendokan namun juga tetangga dan  kerabat," katanya.( isa )

 

Berita Lainnya

Index