Dilindungi dan Tak Pakai Rompi Tersangka, KPK Dituding Istimewan RZ

Dilindungi dan Tak Pakai Rompi Tersangka, KPK Dituding Istimewan RZ
fhoto : riauterkini.com

PEKANBARU- Penantian panjang puluhan wartawan terhadap kedatangan tersangka dua kasus dugaan korupsi Gubri M Rusli Zainal yang diterbangkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari Jakarta, Kamis (10/10) berbuah kekecewaan. Sedikitpun mereka tak bisa mengabadikan momen kedatangan orang yang dianggap paling bertanggung jawab atas carut-marutnya pelaksanaan PON XVIII di Riau tersebut. Wartawan merasa benar-benar terkecoh.

Meskipun telah membagi diri menjadi empat kelompok yang bertugas menunggu di empat lokasi. Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Polda Riau, Lembaga Pemasyarakat (LP) Kelas II A dan LP Kelas II B di Jalan Sialang Bungkuk (Kulim). Tetap saja tidak ada satupun wartawan yang berhasil mendapatkan foto kedatangan tersangka, konon lagi melakukan wawancara.

Saat tiba di Bandara SSK II, Gubri turun dari pesawat paling belakang. Mobil yang akan mengangkutnya ke LP sudah menunggu di landasan pacu. Meskipun tersangka, namun kPK tidak mengenakannya rompi oranye bertuliskan tersangka, sebagaimana lazimnya tersangka korupsi. Tnagannya juga tidak diborgol.

Dari foto yang beredar di dunia maya, terlihat gubernur berkemeja putih dan menenteng tas hitam. Dari bandara tidak ada informasi pasti akan dibawa ke mana. Istri Gubri, Septina Primawatiu yang menunggu di bandara juga tak bisa bertemu. Kemudian pergi mengikuti mobil yang membawa suaminya. Sampai di LP Kelas II B Jalan Sialang Bungkuk, tersangka korupsi tersebut tidak diturunkan dari mobil untuk masuk lewat pintu utama, melainkan mobil yang mengangkutnya langsung masuk ke dalam komplek LP.

Wartawan yang sudah menunggu kedatangannya pun terpaksa gigit jari. Tidak mendapatkan kesempatan mengabadikan kedatangannya. "Payah, kita tidak bisa mengambil foto sama sekali. Pak Gub tak pernah terlihat sama sekali," keluh salah seorang photografer harian lokal yang ditugaskan di LP Sialang Bungkuk. Kondisi tersebut memicu protes para wartawan.

Mereka menilai KPK diskriminatif. Terlalu mengistimewakan RZ. Perlakuannya berbeda dari para tersangka kasus serupa yang juga dipindah dari Jakarta ke Pekanbaru.

"Kita kecewa pada KPK yang diskiriminatif. RZ diperlakukan lebih istimewa dibanding tersangka lainnya dalam kasus yang sama," kritik Sahnan Rangkuti, wartawan Kompas kepada riauterkinicom.

Dikatakan Sahnan, tidak semestinya KPK menginstimewakan RZ, karena mskipun statusnya masih Gubernur Riau namun KPK tidak berurusan dengan RZ dalam kapasitasnya sebagai kepala daerah, melainkan sebagai tersangka korupsi. Sayangnya, juru bicara KPK Johan Budi yang dihubungi riauterkinicom untuk konfirmasi perlakuan istimewa terhadap RZ tersebut tak kunjung mengangkat telephon genggamnya.( sumber : riauterkini.com )

Berita Lainnya

Index