TELUK KUANTAN - Usaha batik kuansing sempat berjaya diakhir ditahun 2020 sampai 2021. Saat itu kelompok perajin batik Kuansing sempat terbentuk 15 buah.
Sekarang perkembangannya cukup memprihatinkan. Hasil pengamatan usaha batik ini tinggal lebih kurang 7 buah. Separuh dari kelompok usaha ini gulung tikar. Dampaknya tenaga kerja terpaksa dirumahkan.
Kelompok perajin batik yang masih eksis tinggal batik nagori, anak kuantan, topian karak, kari maimbau, batobo, batik lebah, anak Kuantan dan batik pintar.
Pemilik batik tulis Kari Maimbau yang ada di desa Pintu Gobang Kari, Ricki Rikarman mengaku tengah berjuang keras dan memutar otak agar usahanya tetap eksis.
Mengapa tidak, dulu omset mereka banyak sekarang menurun tajam.
Menurutnya usaha ini telah dirintis sejak tahun 2019. Ia sempat memiliki pekerja hingga 15 orang.
" Akan tetapi yang aktif tinggal 10 orang,"ujarnya.
Ricki bersyukur masih dapat mempertahankan usaha batik Kuansing ini. Disisi lain rekan-rekannya sudah banyak yang usahanya terpaksa tutup.
" Saya akan berusaha sekuat tenaga mempertahankannya. Karena Batik Kuansing telah menjadi ciri khas. Menjadi salah satu cara mengekspresikan ciri khas daerah melalui batik berdasar aneka kekayaan alam, tradisi, budaya Kita,"ujarnya.
Harapannya kedepan usaha batik miliknya kembali bangkit dan stabil. Begitu usaha rekan-rekan lainnya.
" Jangan ada yang bangkrut malah bertambah hendaknya,"kata Ricki.
Usaha batik Kuansing Kari Maimbau disambangi Vera Maydia Sari, SE. Istri Cabup nomor urut 2, Senin (14/10).
Setahu dirinya usaha sejenis muncul di desa Koto Taluk, desa Sawah dan tempat lain. Namun banyak yang telah menutup usaha mereka.
" Insya Allah jika Bapak Adam-Sutoyo diberi amanah memimpin Kuansing salah satu programnya mengangkat kembali usaha batik Kuansing ini melalui perluasan pasar, dan promosi,"kata Vera.
Kalau usaha batik Kuansing bangkit lagi maka dapat menyerap tenaga kerja dan membuka peluang lain yang terkait usaha ini. ( rls )