Nelayan Menjerit

Akibat PETI, Selain Keruh Sungai Tesso Juga Bercampur Oli

Akibat PETI, Selain Keruh Sungai Tesso Juga Bercampur Oli
BBI Teso milik Dinas Perikanan salah satu fasilitas umum yangterkena dampak PETI.( ktc )

MARSAWA - Tak hanya keruh, kotor dan bercampur sampah, air sungai Teso di desa Marsawa kecamatan Sentajo Raya Kuansing sudah mulai berubah warna menjadi kehitam-hitaman akibat tumpahan oli kotor dari ratusan mesin dompeng yang masih beroperasi dikawasan genangan bendungan Teso.

Akibatnya kondisi air sungai Teso yang juga bersumber dari sungai Jake, sungai Tingkalak dan sungai Bawang itu benar-benar sudah seperti air kubangan kerbau. ?   Kondisi ini disampaikan beberapa nelayan seperti Cime, Ibis, Rahap, Thamrin, Ijon, Isur, Iyon dan Ramadhan saat ditemui KTC,  Minggu (19/5) yang tengah menjala di kawasan bendungan irigasi Teso atau lebih dikenal dengan nama bendungan WK, menyebutkan aktifitas PETI justru semakin marak dan menggila pasca dirazia Tim yang dipimpin langsung oleh Bupati Kuansing H Sukarmis pekan lalu.

Sebelum dirazia, aku para nelayan yang bergantung pada ikan dari bendungan tersebut, jumlah rakit PETI dikawasan bendungan WK diperkirakan hanya berjumlah belasan unit. Tapi setelah dilakukan razia penertiban di beberapa tempat dan lebih dari 50 rakit PETI sempat dibakar Tim, jumlah rakit PETI di kawasan  bendungan tersebut justru makin menjamur.  Gelagat para pelaku PETI tersebut dengan lantang sepertinya bukan mendukung aksi Bupati Kuansing terhadap penghentian pengrusakan lingkungan, tapi malah makin menggila. Aktifitas PETI tampak kian meraja lela.

Hanya beberapa hari saja, tingkat pencemaran makin parah dan bakal membahayakan serta membuat kondisi air di bendungan irigasi penyuplai Balai Benih Ikan (BBI) milik Dinas Perikanan Kuansing itu sudah sangat kental dan sudah bercampur oli. Maka tak heran kondisi air sungai Teso yang terkenal dengan ikan Tapahnya itu sejak sepekan terakhir,  kian menghitam.

Akibatnya para nelayan kecewa berat karena tak mendapatkan hasil tangkapan. Kemungkinan sudah tak ada lagi ikan yang bertahan hidup dan dalam waktu dekat, puluhan nelayan dipastikan menjerit karena mata pencahariannya yang sudah berkecai.

            Tak hanya disungai Teso, akibat aktifitas PETI di sungai Kuantan dan di ratusan sungai lainnya yang ada di Kuansing tampaknya kian menjadi-jadi dan makin tak terkendali, dalam tempo singkat, ribuan spesies ikan mulai menghilang secara misterius.  Kondisi itu mulai membuat kehidupan nelayan di Kuansing bertambah miris dan memprihatinkan. Program pencanangan "gemar makan ikan" oleh Pemkab Kuansing beberapa waktu lalu, hanya bualan saja. 

“ Jika Bupati Kuansing tak melanjutkan dan menuntaskan penertiban PETI hanya karena mendapat perlawanan dari para penambang ilegal tersebut,  ribuan nelayan yang sebelumnya menggantungkan hidup dari sungai mulai dilanda cemas karena terancam akan kehilangan mata pencaharian,” tambah Iyon. ?( pen )

 

 

Berita Lainnya

Index