Pemda Kurang Miliki Strategi Antisipasi Pengangguran Saat Pandemi Covid

Pemda Kurang Miliki Strategi Antisipasi Pengangguran Saat Pandemi Covid
Ilustrasi

TELUK KUANTAN – Pemda dinilai kurang memiliki strategi dan konsep yang jelas mengantisipasi pengangguran melalui program-program nyata dilapangan terutama menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan sektor usaha dimasa Pandemi Covid-19 ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua LSM Permata Kuansing, Junaidi Affandi, Jumat (3/7/2020).

“ Harusnya masalah penganguran dan melesunya ekonomi jadi prioritas utama dan diantisipasi melalui program-program yang nyata yang menciptakan lapangan kerja baru ketika ada refocusing anggaran akibat dampak Covid-19,”katanya.

Contohnya menunda proyek-proyek besar dan mengalihkan ke proyek-proyek padat karya dan swakelola atau yang dapat dikerjakan pelaku UKM yang akan menciptakan banyak lapangan kerja baru ditengah-tengah masyarakat.

Ia membaca media dan  informasi yang diperoleh proyek-proyek besar masih banyak dipertahankan seperti Pustaka dan kolam renang . Proyek itu bukan tidak penting tetapi tidak urgen disaat krisis seperti ini. Apalagi untuk.kolam renang Porprov sendiri ditunda sampai tahun 2022.

“ Ini kan masa-masa sulit bagi warga, banyak kehilangan pekerjaan karena lesunya ekonomi,”katanya.

Dengan memperbesar alokasi anggaran untuk proyek-proyek pada karya katanya, akan banyak terserap tenaga kerja yang memang dibutuhkan orang saat ini.

Proyek-proyek padat karya itu diarahkan untuk meningkatkan produktifitas pertanian dan perekonomian masyarakat banyak.

“ Contohnya proyek padat karya pengairan, proyek padat karya jalan produksi ke areal perkebunan, proyek perkebunan seperti replanting atau penanaman baru,”ujanrya.

“ Bagaimana proyek-proyek tersebut diarahkan dikerjakan oleh orang, bukan alat dan mesin. Jadi selaiin pekerja ada ada juga kebutuhan tenaaga pengawas, perencana dan adminitrasi guna menyerap  pengangguran,”lanjutnya.

Semakin banyak proyek padat karya ini katanya, selain menciptakan lapangan kerja juga mendorong peningkatan transaksi perdagangan pelaku UKM.

“ Mereka akan membeli bahan bangunan di toko-toko yang ada di Kuansing, membeli konsumsi pekerja dan kebutuhan lain di kedai-kedai yang ada di Kuansing. Dan yang pasti uang beredar di Kuansing, kalau kontraktor besar apalagi dari luar uangnya mengalir keluar daerah, karena mereka membeli bahan diluar dan pekerja juga rata-rata dibawa dari luar,”sebutnya.

Bahkan jika perlu dimasa sulit seperti ini, tidak ada proyek-proyek besar sama sekali dan dikonversi menjadi proyek kecil dengan pola padat karya.

Kalau masyarakat masih bekerja dan mereka mendapatkan pendapatan katanya, dengan sendirinya sektor ekonomi atau jual beli pedagang juga tercipta.

“ Ada memang bantuan stimulant melalui BLT untuk warga dan pelaku UKM. Tetapi yang lebih penting itu bagaimana tercipta lapangan kerja,”ujarnya.

Seterusnya alokasi belanja barang dan jasa yang klasifikasinya dapat dipenuhi pelaku UKM diperbesar sehingga toko-toko tidak lesu . 

Jadi sambunya merancang program ekonomi saat sulit seperti ini diperlukan. Dari sekitar 1.4 Triliun APBD itu harus terancang dengan baik bakal mampu menyerap tenaga kerja berapa. 

" Jadi program APBD dimasa Pandemi Covid ini benar-benar dirasakan masyarakat yang memang sedang sulit,"pungkasnya. ( isa )

Berita Lainnya

Index