Praktek Prostitusi Kian Marak dan Meresahkan, Aktifis Kuansing Bakal Demo

Praktek Prostitusi Kian Marak dan Meresahkan, Aktifis Kuansing Bakal Demo
ilustrasi

TELUK KUANTAN - Wilayah kabupaten Kuantan Singingi yang terkenal negeri agamis dan beradat selama ini tak sepenuhnya terlepas dari masalah prostitusi atau pelacuran. Usaha untuk menghapusnya selama ini tak selalu berjalan maksimal, bahkan kali ini makin marak, baik yang terselubung maupun terbuka.

Tercatat sudah dua kali dilakukan penertiban besar-besaran lokalisasi pelacuran besar. Pertama Peragat di Senambek dan kedua di kawasan Bate atau Bukit Betabuh. Kawasan Peragat berhasil ditutup, namun Bate kembali marak sampai saat ini.

Ironisnya praktek  prostitusi tak lagi begerak dikawasan pinggiran seperti halnya di Bate, di Teluk Kuantan sendiri, kegiatan prostitusi kian memprihatinkandan meresahkan masyarakat. Perlu langkah-langkah untuk menertibkannya. Agar tidak merusak moral dan mental generasi muda termasuk keharmonisan rumah tangga.

“ Prostiusi kian memprihatinkan, Kami akan demo instasi terkait untuk peduli dan tidak tutup mata atas kegiatan pelacuran ini termasuk perjudian yang merusak moral masyarakat ini”ujar salah seorang aktifits muda Kuansing, Khaarul Ikhsan Chaniago, Sabtu ( 25/11/2017 ).

“ Kalau di Bate sudah jelas dan terbuka, yang memprihatinkan di kota Teluk Kuantan dari penurunan Senambek hingga jalur dua ke pusat kota banyak terdapat tempat-tempat yang membuka terjadinya praktek prositusi gaya baru didaerah Kita ini,”ujarnya prihatin.

Mereka kata Khairul sudah melakukan penelurusan terkait kegiatan prostiusi ini sebagai  bahan argumentasi kala beraksi nantinya, baik yang berkedok pijit maupun yang beroperasi melalui mucikari dan mereka yang bergerak sendiri-sendiri dan modus lainnya.

" Ada juga Kami amati yang dijalan menunggu konsumen dengan berbagai cara,"ujarnya.

Menurutnya, paktek prositusi yang bekedok pijit diganjar tarif Rp.300 ribu hingga lebih. “Kalau urut saja Rp.120 ribu sampai Rp.150 ribu, kalau pijat plus main jadi Rp.300 ribu,”ujarnya.

“ Praktek pelacuran ini sebuah ironis ditengah negeri agamis dan beradat,  perlu sebuah tindakan ekstra untuk menertibkannya. Kita khawatirkan, anak-anak muda yang terjermus kedalamnya. Bayangkan kalau mereka tidak punya uang, bisa mendorong mereka terlibat dalam aksi kejahatan sementara yang berumah tanggah bisa menganggu keharmonisan,”ujarnya.

Begitu juga dengan pengakuan SU. Menurutnya, prostitusi memang kian berani. Tidak hanya secara tertutup, bahkan sudah berani terbuka ditempat umum. Seperti disekitar arena tepian Narosa, pada malam hari mereka terlihat mencari mangsa dengan berbagai cara, melalui mucikari hingga bergerak sendiri.( isa/utr )

Berita Lainnya

Index