Pilgubri Dijadikan Elite Kuansing Unjuk Kekuatan Jelang Pileg

Pilgubri  Dijadikan Elite Kuansing Unjuk Kekuatan Jelang Pileg
Ilustrasi. ( ktc )

TELUK KUANTAN - Di daerah lain, Pilgub tidak terlalu mendapat perhatian karena sosok Gubernur yang tidak berdekatan langsung dengan daerah. Namun agak berbeda di Kuansing, aroma persaingan demikian ketat, apalagi di putaran ke II nanti.

Ikut meningginya suhu politik di Kuansing dalam ajang dukung mendukung Cagubri di Pilgubri karena kubu yang pro dengan pemerintah dan yang tidak pro dengan pemerintah, menjadi Pilgubri sebagai ajang unjuk kekuatan menjelang pemilihan umum legislatif ( Pileg ) bahkan  pemilihan Bupati dan Wakil Bupati ( Pilbup ) 2016.

Karena itu perseteruan di putaran ke II akan demikian terasa. Karena dua kelompok yang selama ini bersaing merebut pengaruh dimayarakat kembali berhadapan. Sebenarnya  banyak warga Kuansing yang melek politik berharap, Pilgub hanya satu putaran agar tidak terseret  dalam rivalitas dua kelompok yang akan berlanjut dalam putaran II Pilgub.

Masing-masing kelompok akan berusaha memenangi calon mereka di putaran ke II untuk menunjukkan representasi dukungan warga terhadap masing-masing kelompok yang diharapkan diteruskan pada Pileg. Kemenangan Cagubri yang mereka dukung kelak memberi nilai tambah pada Pileg. Walaupun polarisasi dukungan pada Pileg juga akan berubah, karena  kepentingan menjadi demikian  individu bukan lagi kelompok.

" Kalau di Kuansing sebenarnya selain mendukung Cagubri, tujuan lain mereka memberi pesan  ke masyarakat bahwa mereka diterima dan mendapat dukungan masyarakat Kuansing,"ujar pemerhati sosial politik, P. Mahyudin beberapa waktu lalu.

Menurutnya, hal tersebut wajar dalam politik, karena politik pada dasarnya bagaimana menguasai ruang opini publik dengan demikian tujuan-tujuan politik akan masuk ke warga masyarakat. " Semakin terkesan unggul, maka menguasai opini masyaraat  akan semakin besar, karena sebagian besar masyarakat juga melihat kecendrungan yang terjadi. Saya kira putaran ke II di Kuansing juga sengit, bukan hanya untuk Cagubrinya tetap juga pesan ke masyarakat mereka yang didukung,"ujarnya.

Namun dirinya berharap, masing-masing kekuatan politik untuk memberi pencerahan politik kepada warga, melalui visi dan misi serta program, bukan sentimen-sentimen kedaerahan semata dan juga ketidak sukaan semata.

Dirinya secara pribadi, warga makin meningkat cara pandang dalam berpolitik, dengan demikian mereka sendiri tidak dirugikan. Karena itu sentimen-sentimen kedaerahan dan ketidak sukaan tidak menjadi faktor pertama dalam menentukan pilihan.

" Saya memimpikan di Pileg misalnya, orang tidak menentukan pilihan berdasarkan sama-sama kenegerian atau desa semata, melainkan karena kesamaan ideologi dan calon yang dianggap mampu. Dengan demikian orang dari daerah berbeda bisa diterima di daerah lain, ini idealnya kan, jadi sentimen-sentimen kedaerah tidak mendapat tempat, seperti Jakarta lah, Jokowi dari Solo bisa jadi Gubernur kan,"pungkasnya. ( isa )

 

 

Berita Lainnya

Index