Rencana Pengaktifan Jalur Kereta Api Disambut Gembira Warga Kuansing

Rencana Pengaktifan Jalur Kereta Api Disambut Gembira Warga Kuansing
fhoto riau terkini. com. ( ktc )

TELUK KUATAN- Ternyata pemerintah bakal menghidupkan kembali jalur kereta api yang melintasi Medan,Dumai,Pekanbaru,Kuansing hingga Propinsi Sumatera Barat.

Rencana tersebut telah ada dalam program pemerintah Propinsi Riau sebelumnya, namun hingga kini program tersebut belum juga terealisasi.

"Dibukanya kembali jalur kereta api itu sudah ada programnya di propinsi, Namun realisasinya mungkin 10 tahun lagi," kata Kepala Bappeda Kuansing, Hardi Yacub kepada riauterkinicom, di Teluk Kuantan, Sabtu (22/6/13).

Menurut Hardi, dengan terealisasinya program tersebut dirinya sangat setuju mengingat letak wilayah Kuansing yang cukup strategis bagi jalur perdagangan dalam negeri. Selain itu jika dibukanya kembali jalur kereta tersebut maka kuansing dipastikan dibangun salah satu stasiun pemberhentian.

"Ini cukup bagus sekali, saya sangat mendukung jika pemerintah benar-benar merealisasikan nya. Kuansing sangat diuntungkan," Kata Hardi.

Dijelaskannya, dampak pertumbuhan ekonomi akibat dihidupkannya kembali jalur per Kereta Apian itu akan lebih terasa bagi masyarakata Kuansing, sebab dengan dibukanya akses tersebut komoditi pertanian dan perikanan akan lebih gampang dipasarkan, begitu juga dari sektor lain.

"Kita jangan lagi berbicara ekonomi dari sektor Hulu, tapi kita harus lebih fokus sektor hilir," ungkapnya.

Artinya kata Hardi, Jika masyarakat Kuansing berbicara sektor hulu mungkin masyarakat Kuansing hampir sudah terpenuhi, sebab dari sektor hulu itu adalah sumber penghasilan,"Masyarakat Kuansing mayoritas sudah memiliki perkebunan dan peternakan bahkan dari sektor perikanan juga tidak kalah dengan daerah lain," jelasnya.

Namun dari sektor hilir sebut Hardi, Kuansing masih dinilai kurang jika dibandingkan dengan daerah maju. Dimaksud Hardi sektor hilir adalah pemasaran yang hingga kini jadi kendala bagi masyarakat.

Begitu banyak produk pertanian dan peternakan yang dihasilkan oleh Masyarakat Kuansing, namun hasil dari penjualan produk tersebut hampir tidak sebanding harganya dengan daerah lain, karena petani Kuansing tidak bisa lepas dari pedagang (toke) setempat.  "Jika jalur kereta api ini dibuka maka sektor hilir dipastikan tidaka lagi mengalami kendala, karena pedagang setempat harus bersaing dengan pedagang luar, maka yang untung adalah petani atau peternak yang ada di Kuansing," paparnya.

Sementara itu salah seorang tokoh adat Desa Koto Kombu, Sayuti juga mengapresiasi rencana pemerintah yang akan membuka jalur Kereta Api tersebut, ia menilai dibuka kembali jalur itu bearti pemerintah menghidupkan kembali nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya.

Sayuti yang bergelar Datuk Lelo itu menceritakan. Dulu para pekerja yang ikut dalam proyek itu sangat menderita, selama membangun jalur kereta api ini. Mereka mendapat perlakuan yang buruk dan kasar dari para tentara Jepang, belum lagi kondisi alam yang masih liar, dan penyakit tropis seperti malaria, diare, dan disentri.

Perlakuan yang diterima para romusha asal Jawa dan berbagai daerah lain di Indonesia, berbeda dengan para tahanan perang yang berasal dari negara lain. Para romusha mendapat makanan yang lebih sedikit dari para tahanan perang. Tidak hanya itu, perawatan medis yang mereka dapatkan pun tidak baik, sehingga para romusha yang sakit dibiarkan meninggal di pinggir rel kereta. Pada awalnya, para romusha ini dijanjikan mendapat makanan dan uang yang cukup dalam pembangunan jalur ini, namun hal itu tidak terjadi saat mereka mulai bekerja.

"Ribuan jumlah pekerja yang tewas di waktu pembuatan jalur kereta itu, pekerja berasal dari pulau Jawa dan daerah lainya," jelas Sayuti.

Menanggapi rencana pemerintah yang berniat menghidupkan kembali jalur Kereta Api itu, salah seorang dosen STAI Pekanbaru, Aspriyaldi kepada riauterkini.com mengatakan, pembangunan kembali jalur itu selain berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kuansing, ide tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menggali ulang sejarah-sejarah yang pernah ada di Kuansing tempo dulu, selain itu juga merupakan upaya kita untuk menghargai para pejuang yang telah berkorban nyawa demi membuka jalur itu.

Setelah tahun lamanya kata Aspriyaldi pada tanggal 15 Agustus 1945, jalur ini selesai dibangun. Namun kini jalur ini tidak difungsikan seperti tujuan semula, jalur ini kemudian digunakan hanya untuk menyelamatkan para romusha dan tawanan perang yang masih ada di kamp-kamp yang terdapat di pinggir rel , seperti di daerah Taratak Buluh, Sunggaipagar, Lipat Kian, Logas, Kotobaru, Muaratapui, dan Petai.

"Setelah digunakan untuk mengangkut para pekerja tersebut, jalur ini tidak pernah lagi digunakan kembali sampai sekarang. Ironisnya, jalur ini tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintahan setempat, banyak besi-besi yang digunakan sebagai rel telah hilang karena dicuri," katanya mengakhiri.( rtc/ktc )

Berita Lainnya

Index