Pasca Kerciuhan Razia PETI, Kapolsek Hulu Kuantan Diganti

Pasca Kerciuhan Razia PETI, Kapolsek Hulu Kuantan Diganti
Kapolres Kuansing AKBP Wendry Purbyantoro. ( isa )


TELUK KUANTAN  - Aksi kericuhan yang berakhir dengan pengrusakan pada 17 unit mobil di Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan, saat penertiban PETI Selasa (14/5) lalu berbuntut panjang. Kapolsek Hulu Kuantan, AKP Suheri yang dinilai bertanggungjawab untuk mencegah terjadinya tindakan pengrusakan tersebut dicopot dari jabatannya.

Penggantian AKP Suheri karena yang bersangkutan dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya dalam menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) saat kejadian, sehingga terjadinya tindakan pengrusakan terhadap 17 unit unit mobil yang diduga dilakukan oleh oknum masyarakat Hulu Kuantan.

"Ya, sudah keluar surat mutasinya (TR). Dalam waktu dekat segera kita carikan penggantinya agar Kamtibmas di Hulu Kuantan tetap terjaga dengan baik," kata Kapolres Kuansing AKBP Wendry Purbyantoro SH saat dikonfirmasi waratwan terkait rencana pencopotan Kapolsek Hulu Kuantan itu, Jumat (17/5) siang.

Menurut Wendry,  pencopotan jabatan terhadap Kapolsek Hulu Kuantan merupakan perintah dari Kapolda Riau Brigjen Suedi Husein. Menindaklanjuti hal, dirinya segera memproses mutasi dari AKP Suheri tersebut. "Sekarang kita tunggu suratnya. Dan memang mutasi ini hal yang biasa dalam dunia kepolisian," kata Wendry.

Sebelumnya, Kapolda Brigjen Suedi Husein menilai, bahwa tindakan pengrusakan terhadap 17 unit mobil yang diduga dilakukan sekelompok masyarakat Hulu Kuantan itu merupakan akibat dari kecolongannya aparat kepolisian membaca kondisi di lapangan.

"Ini boleh dikatakan kecolongan, siapa yang membocori. Tidak mungkin kita tidak tahu ada yang membocorinya. Dan seharusnya kan kita tahu, kapan mereka berkumpul, dimana konsentrasi massa, apa alat transportasinya, itu kan sangat mudah untuk mendeteksinya," ujar Kapolda.

Kapolda berharap, pemberantasan PETI di Kuansing ini harus mengarah dan menjerat para Tauke. Bagaimana cara menangkap para tauke, para intelijen yang harus bekerja. "Jika ada para pekerja yang ditangkap, tentu melalui mereka kita mendapat informasi siapa Taukenya, dan pekerja itu harus membantu kita, mereka harus ngomong," kata Suedi.

Menurut Kapolda, tidak mungkin Taukenya tidak ada. "Tolong cari Taukenya, siapa yang ngdrop duit dan makanan. Sekarang Taukenya tak ditangkap, kalau ingin menangkap Taukenya, harus dilakukan operasi intelijen dulu untuk mencari tahu siapa di belakang usaha PETI itu," tegas Kapolda Riau.(isa )

Berita Lainnya

Index