Petani Karet di Kuansing Menjerit dan Kian Susah, Harga Karet Anjlok ke Empat Ribuan Perkilo

Petani Karet di Kuansing Menjerit dan Kian Susah, Harga Karet Anjlok ke Empat Ribuan Perkilo
ilustrasi. ( ktc )

TELUK KUANTAN – Kehidupan petani karet di Kuantan Singingi ( Kuansing ) saat ini kian susah. Menjelang lebaran justru pendapatan mereka semakin anjlok, akibat harga karet yang turun drastis hingga Rp 4.800, - hingga Rp .5.100,- perklogram.

Sampai saat ini belum ada solusi nyata dari Pemkab untuk mengangkat pendapatan petani karet yang merupakan mata pencaharian mayoritas warga Kuansing, sehingga para petani karet hidup dalam kungkungan kemiskinan, apalagi bagi mereka yang hanya bekerja menderas karet dikebun milik orang lain.

Akibatnya kondisi ini para petani karet saat kian banyak terbelit pinjaman ke toke dan keluarga untuk mengatasi kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi dan akan membuat terjerat bunga hutang ditahun-tahun mendatang yang membuat kehidupan mereka semakin terjepit.

Untuk mengatasi kondisi ini, banyak petani karet yang terpaksa bekerja serabutan, sebagai buruh, tukang bangunan dan pekerjaan lain.” Tak seimbang lagi pendapatan menakik, lumayan bertukang harganya dan dibawah lima ribu per kilo. Pagi bertukang, malam kadang mencari ikan, dapat baju-baju lebaran untuk anak-anak saja sudah Alhamdulillah, agar anak dapat bersenang gembira bersama anak-anak lainnya,”tambah Ikif salah seorang petani karet Kuansing.

Hal senada diungkapkan Isual (54) salah seorang induk semang Getah warga Kampung Baru Sentajo.  Kepada wartawan, Minggu ( 19/6/2016  ) siang beberapa bulan sebelumnya harga karet sudah mencapai Rp. 6500 rupiah perkilo, namun sejak dua pekan lalu harga karet kembali merosot tajam dengan kisaran harga hanya Rp. 4.500-Rp. 5.100,- rupiah perkilo.

Peminat masalah sosial kemasyarakatan, Amrizal Amin, SH menilai saatnya Pemkab Kuansing fokus bekerja dan mengurangi kegiatan tak penting seperti seremonial dan memeras otak mengatasi permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat seperti harga karet yang anjlok. "  Jika tak mampu mengatasi harga karet yang anjlok  karena harga ditentukan mekanisme pasar ya menciptakan peluang kerja baru, peluang usaha,"tambahnya

" Pejabat-pejabat itu terjun lah ke masyarakat, datangi pasar, tanya pedagang, tanya pembeli bagaimana daya beli masyarakat saat ini.  Tinjau warga yang menderas karet di kebun, di kebun sawit bagaimana kondisi mereka saat ini, jangan cuma di kantor saja, agar tahu kondisi pahit yang dirasakan warga saat ini, dengan begitu mereka juga cepat mencari solusi membantu warga,"pungkasnya.  ( yus/isa )

Berita Lainnya

Index