Manajemen Dinilai Amburadul, Dokter Spesialis RSUD Teluk Kuantan Mogok Kerja

Manajemen Dinilai Amburadul, Dokter Spesialis RSUD Teluk Kuantan Mogok Kerja
Ruang Poly spesialis bedah di RSUD Teluk Kuantan, Kamis (16/10/2014) siang terlihat kosong tanpa ada

TELUK KUANTAN – Kegiatan pelayanan terhadap pasien RSUD Teluk Kuantan,Kamis ( 16/10/2014 )  tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pasalnya dokter spesialis yang bekerja di RUSD tersebut sedang melakukan aksi mogok kerja akibat buruknya manajemen dan pengelolaan oleh pimpinan RSUD ini.

Namun dari pantauan wartawan di RSUD Teluk Kuantan saat itu, mogok kerja hanya dilakukan oleh para dokter spesialis. Namun untuk  dokter umum, perawat dan bidan serta tenaga kesehatan lain serta tenaga adminitrasi tetap berjalan seperti biasa.

Sejumlah dokter spesialis yang ditemui wartawan di RSUD Teluk Kuantan mengakui mereka sedang melakukan mogok kerja. Mogok kerja mereka lakukan mengingat buruknya manajemen pengelolaan RSUD, salah satu dampak dari hal itu. RSUD saat ini kekurangan obat-obatan dan peralatan untuk menangani pasien, sehingga para dokter sangat kesulitan dan serba mengalami kondisi dilema saat melayani pasien.

Mogok kerja dilakukan setelah usaha mereka menyampaikan keluhan kepada pimpinan DPRD tidak mendapat respon sampai saat ini. Mogok kerja dilakukan mereka, agar pimpinan daerah dan masyarakat mengetahui buruknya kondisi RSUD Teluk Kuantan saat ini.

Alfredo Hariadi salah seorang dokter spesialis RSUD Teluk Kuantan, mengatakan, mogok kerja merupakan upaya terakhir yang telah mereka usahakan selama ini agar kondisi di RSUD mendapat perhatian untuk dibenahi. Alfredo dan dokter spesialis lainnya mengakui kalau mogok kerja yang mereka lakukan terbatas di poli. Untuk penanganan UGD dan operasi masih mereka lakukan, mengingat nasib pasien yang harus diperhatikan.

“ Kalau tidak begini, pimpinan dan warga masyarakat tidak akan mengetahui kondisi sebenarnya, padahal kondisi ini sudah lama terjadi. Ini hendaknya menjadi momentum melakukan pembenahan dan perbaikan RSUD dalam melayani masyarakat,”ujarnya.

Bahkan saat itu beberapa dokter spesialis menceritakan pengalaman mereka akibat kekurangan obat-obatan dan peralatan itu. Diantaranya terdapat seorang pasien yang hendak menjalani operasi sempat terlantar akibat benang jahitan tidak tersedia di RSUD. Akibatnya dokter dan keluarga pasien harus mencari benang jahitan ke RSIA Milano.

Begitu juga dengan obat generic juga sangat kekurangan. Bahkan ada kejadian pasien harus membeli jarum suntik saja yang seharga tiga ribu rupiah keluar dari rumah sakit. Begitu juga dengan alat USG seringkali mengalami kerusakan. Kondisi ruang operasi yang seharusnya steril dan bersih juga tidak memadai, karenanya sering ada binatang seperti kecoak di ruang  operasi berkeliaran. Peralatan stetoskop yang harus dipegang dokter saat memeriksa pasien juga kurang, padahal peralatan ini penting dalam menunjang dokter melakukan pemeriksaan  terhadap pasien.

Kondisi tersebut membuat imej masyarakat menjadi buruk kepada dokter, seolah-olah dokter mengarahkan untuk membeli peralatan ke tempat praktek, padahal memang di RSUD tidak tersedia. Kalau tidak dilayani dan menunggu  dari RSUD, kondisi dan nasib pasien bisa berakibat fatal.

Para dokter spesialis itu merasa heran dengan pasokan obat-obatan dan peralatan yang sering rusak tanpa perbaikan. Padahal pemerintah daerah sudah mengalokasikan dana untuk hal tersebut. Karena itu mereka menganggap, buruknya manajemen pengelolaan RSUD menjadi penyebab hal ini.

Mereka juga mengeluhkan tunjangan medis yang juga belum diterima hampir setahun padahal seharusnya mereka menerima sekali dalam sebulan.

Sementara itu Direktur RSUD Teluk Kuantan, dr David Oloan Napitupulu, MARS membantah manajemen pengelolaan RSUD amburadul.Menurut David mogok kerja para dokter spesialis tersebut akibat mereka tidak memahami adminitrasi dan prosedur pencaiaran keuangan.

David juga membantah, obat-obatan dan peralatan di RSUD minim.  Untuk stetoskop tersedia dan dapat dichek ke Poli secara langsung. Untuk   peralatan USG yang berada di Poli memang rusak, namun RSUD memiliki tiga USG. “ Mereka sebenarnya dapat menggunakan peralatan USG diruangan lain. Untuk perbaikan USG yang rusak harus dikirim ke Jepang, pihaknya saat ini tengah mengajukan bantuan dana ke Kantor Bupati dan sedang dalam proses,”ujarnya.

Mengenai kurangnya peralatan suntik, benang jahit operasi dan obat generic juga dibantahnya. Untuk benang dan peralatan suntik memang sesuai rencana pengadaan kadang tidak mencukupi, namun dapat diambil diapotik.

“ Untuk obat generic pengadaannya secara e-katalog. Kita minta terlebih dahulu baru dikirim, proses ini kadang membutuhkan waktu dan mereka ingin cepat saja padahal kan ada prosedur yang harus dilalui,”ujarnya.

Mengenai tunjangan medis yang terlambat diakuinya karena baru dikirim dari pusat. Sesuai prosedur penerimaan dana dari pusat, dana tersebut disetorkan terlebih dahulu ke kas daerah dan kemudian dimasukkan dalam APBD baru bisa digunakan. “ Kalau langsung digunakan bisa menyalahi aturan, Kita minta mereka bersabar,”pungkasnya.(Isa/Utr)

Berita Lainnya

Index