Harga Karet Terus Anjlok, Petani di Kuansing Mengeluh

Harga Karet Terus Anjlok, Petani di Kuansing Mengeluh
Penyaluran bibit karet oleh Dinas Perkebunan Kuansing ke warga. ( ktc )

TELUK KUANTAN  - Sepanjang tahun 2014 ini, harga karet di kalangan petani mengalami turun naik. Kini, harga karet terus anjlok hingga mencapai harga kisaran Rp.6.000 hingga Rp.7.000 per kilogram.

Anjloknya harga karet ini berimbas terhadap perekonomian masyarakat, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi. Pasalnya, mayoritas masyarakat di negeri jalur ini mata pencahariannya adalah sebagai petani karet.

"Ntah kapan harganya akan naik, sekarang ada yang Rp6000 dan ada pula yang Rp7000 per kilogram. Harga ini sangat rendah dan melemehkan ekonomi rumah tangga," kata Bujang, salah seorang warga Pangean kepada wartawan di Teluk Kuantan, Selasa (26/8/2014).

Disadari, dampak rendahnya harga karet ini berimbas terhadap pemenuhan kebutuhan di keluarga, seperti biaya pendidikan anak, dan kebutuhan keluarga lainnya. "Kondisi ini sudah berlangsung sangat lama, ntah sampai kapan harganya sesuai harapan," katanya.

Selain Bujang, Amrizal, salah seorang warga Kopah juga menyadari, bahwa harga karet di daerah ini mencapai Rp7000 per kilogram. "Murah, kalau di Kopah harganya mencapai Rp7000 per kilogram," katanya.

Oleh karena murahnya harga karet tersebut, Amrizal enggan menjual karet hasil sadapannya yang telah dikumpulkannya selama satu bulan. "Tunggu karet mahal baru kita jual, kalau sekarang dijual tidak semangat karena harganya snagat murah," katanya.

Akibat murahnya harga karet di kalangan petani membuat sebagian petani memilih mencari penghasilan lain, seperti menjadi buruh bangunan, dan mengambil dengan cara membersihkan kebun orang lain.

"Kalau menderes karet aja kita andalkan tak cukup memenuhi kebutuhan keluarga, terpaksa cari penghasilan lain," ujar Asman (35), salah seorang petani yang menjadi buruh bangunan di Logas Tanah Darat.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan Kuansing, H Wariman DW SP menyadari rendahnya harga karet di kalangan petani. Hal ini menurutnya, disebabkan pengaruh pasar global.

"Kalau dulu pennetu kebijakan harga karet itu ada beberapa negara, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand. Tapi, kalau kini sudah banyak, tentu harga akan kompetitif. Itu dampaknya secara langsung keada harga karet petani," kata Wariman.

Diharapkan kondisi ini tidak berlangsung lama, sehingga petani kembali bisa menikmati harga karet yang bisa memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga. "Mudah-mudahan harga karet kembali naik," harapnya.( isa)

 

Berita Lainnya

Index