Mengenal Lebih Dekat Ir Mardianto Manan MT

Mengenal Lebih Dekat Ir Mardianto Manan MT
Ir Madrdianto Manan, MT bersama warga. ( ktc )


Siapa yang tidak kenal Ir Mardianto Manan MT di Provinsi Riau. Mayoritas masyarakat sudah mengenal sosok tersebut, apalagi di Kabupaten Kuantan Singingi. Beliau merupakan sosok pria yang selama ini dikenal kritis, dan
peduli terhadap masyarakat yang acap kali mengalami persoalan sosial. Lantas, apa yang telah diperbuatnyaa untuk masyarakat dan daerah?

Ya, Ir Mardianto Manan MT merupakan Calon Anggota DPRD Provinsi Riau dari Partai Amanat Nasional (PAN) nomor urut 1 (satu) daerah pemilihan Kuantan Singingi-Indragiri Hulu.

Sosok Mardianto Manan sewaktu kecil dikenal dengan nama Edi, tepatnya di Negeri Pangean. Setelah dia besar, Ia dikenal dengan nama Edi Monan di negeri kelahirannya, Pasarbaru Pangean, Kuansing, Riau. Di Bumi Lancang
Kuning ini, Ia pun dikenal dengan nama Ir Mardianto Manan MT.

Beliau dilahirkan di Pasarbaru Pangean pada tanggal 03 November 1969 dari pasangan H Abdul Manan dan Hj Roslaini yang memiliki 5 saudara. Di Provinsi Riau, Mardianto Manan ini dikenal sebagai pembela masyarakat yang
tertindas. Melihat kiprahnya di negeri ini, menjadikan Ia sebagai salahseorang pemuka masyarakat yang disegani oleh para pengambil kebijakan di negeri ini.

Selama ini, pria tiga orang anak ini telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan pembangunan di Riau, apalagi Kuantan Singingi. Ia berjasa bagi masyarakat, baik itu bagi masyarakat di negeri kelahirannya (Pangean), maupun bagi masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi termasuk Provinsi Riau.

Merinci perjuangan dan jasa dari salah seorang Dosen Pasca Sarjana (S-2) Universitas Riau (UR) dan juga sebagai Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Riau (UIR) ini, perjuangannya patut diapresiasi
dan dihargai oleh masyarakat Riau apalagi Kuantan Singingi.

Pertama, bagi masyarakat Pangean, Mardianto Manan telah berhasil mempersembahkan sesuatu yang bernilai bagi masyarakat. Ia berjuang di negeri kelahirannya untuk merebut hak masyarakat atas tanah ulayat dari penguasaan pihak asing sekitar tahun 1998/1999. Alhasil, perjuangan Mardianto Manan dkk yang tergabung dalam IPPERPA Pekanbaru membuahkan hasil. Bukti dari perjuangannya bersama para pemuda dan mahasiswa dari Ikatan Pemuda Pelajar Pangean (IPPERPA) Pekanbaru, Pangean mendapat ratusan hektar kebun, yang disebut dengan KOBUN NAGORI.

Selain mendapat kebun, setiap Investor yang ada di Pangean diharuskan membayar Fee alias "Taku" kepada Nagori Pangean sebesar 25 persen.

Dalam memperjuangkan hak masyarakat tersebut, kerapkali Mardianto Manan mendapati ancaman dari orang-orang yang tidak senang dengan perjuangannya itu. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang. Ya, perjuangan Mardianto Manan dkk itu akhirnya berhasil. Atas keberhasilannya itu pula, Ia dkk pun merasa puas dan bangga. Lantas, Ia bersama pengurus IPPERPA lainnya pun kembali ke Pekanbaru untuk merajut harapan yang lebih baik.

"Kita berharap masyarakat Pangean bisa menikmati perjuangan ini. Walaupun banyak kepentingan diantara kita, hendaknya ini harus kita sadari, bahwa Kobun Nagori ini merupakan asset bersama yang seharusnya kita jaga dan
bukan menjadi sesuatu yang membuat kita bercerai-berai," ujar Mardianto Manan.

Kini, kondisi ini tetap bertahan. Hanya saja, akibat pengelolaan yang belum maksimal, Kobun Nagori Pangean seluas 200 hektar dan Taku tersebut menjadi rebutan bagi masyarakat Pangean lainnya. "Seharusnya semua kita menyadari semangat dari memperjuangkannya. Semuanya, kalau kita bersatu, yakinlah semuanya akan kembali baik-baik saja," harapnya.

Kendati berhasil memperjuangkan hak masyarakat atas tanah ulayat, Mardianto Manan dkk tidak pernah berharap imbalan dari perjuangannya itu. Ya, buktinya tidak ada satu hektare pun aset kebun pribadi Mardianto Manan di
negeri kelahirannya walau banyak pihak yang menawarkan.

Atas jasanya itu, Mardianto Manan juga berhasil menjadi sosok sebagai pemberi semangat bagi masyarakat di negeri kelahirannya, terutama oleh para kaum muda, karena Ia dinilai sebagai sosok yang keras, kritis, dan intelek yang mampu berbuat yang terbaik bagi daerah dan masyarakat. Bisa juga dikatakan, beliau adalah Pahlawan Reformasi di Pangean dikala itu.

Mardianto Manan tidak hanya berbuat untuk negeri kelahirannya. Diawal perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 1999, Ia tampil sebagai Tokoh Intelektual Muda Kuantan Singingi untuk memperjuangkan
terbentuknya Kabupaten Kuansing bersama Tokoh Kuansing lainnya, diantaranya Kol. Abbas Jamil, Samad Thaha, Hasan Nusi JS, Prof Suwardi MS, Akmal JS, Edyanus Herman Halim dan para pejuang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Alhasil dari perjuangan dan kerja keras Mardianto Manan dkk ini, terbentuklah Kabupaten Kuantan Singingi pada tanggal 12 Oktober 1999. Setelah berhasil mendirikan kabupaten ini, para Pendiri Kabupaten Kuansing
ini pun kembali ke aktivitasnya masing masing.

Di awal berdirinya, Kabupaten Kuansing dipimpin oleh Rusdi S Abrus sebagai Bupati Kuansing Pertama. Sejak berdiri hingga sekarang Mardianto Manan dengan jiwa mudanya serta berbekal pengetahuan akademiknya, Ia banyak memberi masukan dan kritikan terhadap pemerintah yang berjalan dulu hingga sekarang.

"Kuansing ini kita dirikan dengan kebersamaan, semoga daerah ini terus maju dan berkembang kalau kita bersatu," kata Mardianto Manan.

Ir Mardianto Manan MT juga seorang dosen. Karena tidak puas mengabdi sebagai dosen di luar Kuansing, Ia mendirikan Sekolah Tinggi Teknologi Unggulan Swarnadwipa (STT - US) Kuansing bersama dengan Prof Suwardi MS. Dan Beliau adalah Ketua Pertama dari STT - US tersebut yang sekarang menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS).

Sosok Mardianto Manan tidak hanya dikenal sebagai Tokoh Masyarakat Kuansing, beliau juga dikenal sebagai Tokoh Pendidikan atas jasanya mendirikan STT-US bersama Prof Suwardi MS. Dan sekarang sekolah tinggi ini juga telah melahirkan banyak lulusan yang siap berkompetisi di tengah masyarakat.

Selain itu, Mardianto Manan juga aktif di organisasi Ikatan Keluarga Kuantan Singingi (IKKS) Pekanbaru. Sekitar tahun 2005, yang pada waktu itu, beliau menjabat sebagai Sekretaris Umum IKKS Pekanbaru. Di saat menjabat Sekretaris IKKS inilah, sosok Mardianto Manan kembali tampil di depan sebagai pembela masyarakat sebagai upaya mengangkat harkat, martabat dan marwah Kuantan Singingi.

Pada waktu itu, salah seorang anggota IKKS, yang berasal dari Teluk Kuantan dibom MOLOTOV oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Kuantan Singingi waktu itu berduka, karena memakan korban 4 jiwa yang tidak berdosa, yang berasal dari Kuansing.

Pada waktu itu, semua orang takut untuk mengungkap pelaku, karena sudah sering terjadi peristiwa kejam seperti itu. Namun, dengan semangat yang dimiliki, Mardianto Manan berhasil membakar semangat saudara-saudaranya
yang lain untuk berjuang mengungkap siapa pelaku BOM MOLOTOV tersebut.

Berjuang di barisan terdepan demi marwah Kuansing, lebih kurang 3 bulan Mardianto Manan dkk berjuang dengan berbagai ancaman supaya dirinya mundur. Karena naluri untuk menegakkan marwah Kuansing sangat tinggi waktu itu, Ia tetap ingin mengungkpan siapa pelaku MOLOTOV sesungguhnya. Ya, dalam perjuangannya itu, hamper 3 bulan rumah beliau dijaga oleh IKKS Pekanbaru dengan bantuan Pemuda Muhammadiyah.

Alhasil, berkat perjuangan dan dukungan dari IKKS kasus ini pun berhasil diungkap. Dengan tersangka lebih kurang 13 Orang. Sampai sekarang para pelaku masih mendekam di penjara. "Perjuangan kita benar-benar murni untuk mengangkat marwah Kuansing, sehingga orang tidak anggap remeh terhadap masyarakat Kuansing. Hasil perjuangan ini adalah bukti kalau kita itu bersatu," katanya.

Tidak hanya itu, Mardianto Manan juga tampil sebagai pahlawan di tengah masyarakat Logas Tanah Darat. Ia bersama masyarakat Logas Tanah Darat juga berhasil memperjuangkan hak atas tanah yang juga dikuasai oleh pihak asing sekitar tahun 2000-an. Sehingga sekarang sebagian masyarakat Logas Tanah Darat tengah menikmati hasil perjuangannya itu.

"Dan memang kepeduliaan-kepedulian terhadap masyarakat seperti ini tida bisa kita buat-buat," kata Mardianto Manan.

Sedangkan di level Provinsi Riau, Mardianto Manan merupakan salahseorang akademisi yang sekaligus sebagai Pengamat Perkotaan yang selalu memberikan masukan dan kritikan terhadap kebijakan pemrintah yang dinilai salah. Saat ini, Ia merupakan Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Riau. Dan melalui organisasi ini, Mardianto Manan juga tengah berjuang melakukan penyelamatan terhadap sungai-sungai yang ada di Riau yang saat ini kian tercemar. Dan banyak lagi jabatan strategis lainnya yang saat ini diemban oleh Mardianto Manan.

Sebelumnya, Ia menjabat sebagai Manager Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah (LPJKD) Provinsi Riau.

Melihat perjalanannya, Mardianto Manan memang dikenal sebagai orang yang dekat dengan masyarakat dan juga peduli terhadap persoalan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Satu hal yang perlu diingat dari perjuangannya ini, bahwa sosok Mardianto Manan tidak pernah pamrih atas perjuangannya. Ia ikhlas berjuang demi kepentingan masyarakat.

"Kepeduliaan seperti ini yang bisa kita berikan kepada masyarakat, dan ini rasanya lebih dari uang," ujarnya lagi.

Kepeduliaan dari seorang pria alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini tidak hanya dinikmati masyarakat di negeri asalnya, Pangean. Namun perjuangannya ini memberikan sinyal kalau Mardianto Manan sosok peduli
sesama tanpa ada membeda-bedakan suku, agama dan ras.

"Semua kita dilahirkan sama di dunia ini, dan tak ada yang spesial," tegasnya.

Semoga ini bermanfaat. Memang masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan atau kalimat yang tidak berkenan, saya mohon maaf. Tulisan ini sebenarnya tidak untuk membesar-besarkan diri atau bersifat riya, tetapi
ini hanya sebatas perkenalan dari seorang Mardianto Manan terhadap kita semua. Terimakasih.( isa )

Berita Lainnya

Index