Incar Pejabat, Wartawan Gadungan Berkeliaran di Kuansing

Incar Pejabat, Wartawan Gadungan Berkeliaran di Kuansing
ilustrasi. ( ktc )


TELUK KUANTAN- Sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Kuansing kian dibuat resah oleh kehadiran wartawan gadungan (wargan). Kebanyakan dari wargan tersebut telah melenceng kinerjanya dari pekerja jurnalistik yang sebenarnya. Tak jarang pula di antara mereka meminta bantuan dengan cara memaksa.

"Saya sering didatangi oleh oknum yang mengatasnamakan wartawan, Mereka datang ke ruangan saya membawa proposal bantuan, saya bilang masukkan saja dulu ke humas, eh dianya gak mau. Katanya mereka minta langsung disetujui saja tanpa harus melalui prosedur sebenarnya," ungkap Sekretaris Dinas CKTR Pemkab Kuansing Akhyan Armopis kepada sejumlah wartawan yang bertugas di Kuansing, Rabu (29/1/14).

Sambung Akhyan, melihat gelagat dan tingkah lakunya yang tidak beretika seperti wartawan sebenarnya, ia langsung menyuruh wargan tersebut keluar dari ruangannya.

"Apalagi wajah-wajah mereka itu tidak saya kenal, ditambah tidak beretika, langsung saja saya suruh keluar. Kalau wartawan yang bertugas di Kuansing saya kenal semua," ungkap Akhyan lagi.

Keresahan tersebut juga dialami Kadis CKTR Kuansing Fakhrudin. Kehadiran wargan tersebut sering membuat jadwal pekerjaannya terganggu. "Kadang-kadang mereka nungguin kami di sembarang tempat, padahal pekerjaan kami banyak yang harus diselesaikan. Tapi begitu kunjungan mereka kami terima, bukanya minta informasi, tapi meminta hal-hal di luar kewenangan kami," papar Fakhrudin.

Hal serupa juga pernah dialami mantan Sekretaris Dinas Pasar Kuansing Azhar. Beberapa waktu lalu, kata Azhar, datang oknum wartawan ke ruangannya. Begitu masuk, oknum tersebut langsung menanyai dirinya dengan pertanyaan yang kurang beretika.

"Begitu dia masuk, langsung nanya ke saya, katanya dia sudah punya data lengkap tentang saya, dia bilang saya beli mobil dapat uang dari mana, dan gaji saya berapa perbulannya," jelas Azhar.

Mendengar pertanyaan yang terkesan mengintervensi dirinya, Azhar langsung naik pitam, bahkan oknum wargan tersebut hampir saja dia pukul. "Hampir saja saya pukuli. Saya kaget saja, apa urusannya gaji saya dengan dia, karena dia bukan penyidik. Begitu saya telusuri, ternyata oknum tersebut hanya ngaku-ngaku wartawan saja," cerita Azhar kepada riauterkinicom, belum lama ini.

Sekedar diketahui, sekilas, kehadiran wargan ini sangat meyakinkan. Beragam peralatan seperti pena, kamera serta koran yang terselip di saku celana, mewakili penampilannya sebagai wartawan.

“Mereka sengaja berpenampilan seperti itu, agar kesan sebagai pekerja pers benar-benar terlihat oleh masyarakat,” ujar wartawan senior di Kuansing Said Mustafa Husein.

Kata Said yang akrab disapa Buyung ini, dalam menjalankan aksinya, wargan tidak memilih tempat. Di mana saja asal ada ‘lahan subur’. Hal tersebut dipicu kelemahan masyarakat yang selama ini tidak bisa membedakan mana wartawan asli dan wartawan gadungan.

“Orang berpendidikan pun sering menjadi korban. Bahkan Kapolres sekalipun berani mereka "olah". Itu disebabkan ketakutan yang sebenarnya tidak perlu,” terangnya.

Terkait hal itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap oknum yang mengaku sebagai wartawan. Pasalnya, sepak terjang mereka berimbas pada wartawan lainnya yang benar-benar menjalankan profesi jurnalistik secara profesional.

Ciri-ciri Wartawan Gadungan.

Wartawan gadungan sering berkeliaran bermodalkan ID card abal-abal, serta menjual nama media tertentu. Melontarkan beragam pertanyaan kepada sumber berita seolah sedang melakukan wawancara. Namun informasi yang sudah dirangkum tidak pernah terlihat wujud beritanya.

Dalam menjalankan aksinya, wartawan gadungan tidak memiliki etika. Asal nyeplos bahkan sering mengancam akan mempublikasikan persoalan yang diketahuinya. Namun, aksi tersebut hanya sebuah lakonan guna menekan mental sumber berita. Ujung-ujungnya meminta uang, seperti debt collector (penagih utang).

Diperparah dengan sikap tidak tahu malu. Dengan percaya diri, mereka mengaku sebagai wartawan meski tidak memiliki media. Hanya bermodalkan nekad, mereka menemui pejabat dan pengusaha yang dianggap bisa ‘diolah’.

Pada umumnya mereka tidak tahu menulis berita (reportase). Untuk menghilangkan kesan tersebut, wartawan gadungan biasanya lebih menonjolkan sikap sok tahu daripada pengetahuan sebenarnya.

Antisipasi

Untuk mengetahui wartawan gadungan atau bukan, masyarakat diimbau agar meminta kartu identitas dan kartu pers yang masih berlaku jika berhadapan dengan seseorang yang mengaku sebagai wartawan.

Namun masyarakat jangan mudah menilai seseorang adalah wartawan, hanya karena memiliki kartu pers. ”Sebab kartu pers bisa dibeli dan dicetak sendiri untuk tujuan-tujuan tertentu,” papar Buyung.

Untuk itu, mintalah koran, tabloid atau majalah (bagi yang mengaku wartawan media cetak). Lalu lihat nama serta karya jurnalistiknya di media tersebut. Hal itu perlu dilakukan guna mengetahui apakah wartawan dimaksud benar-benar pekerja pers atau wartawan gadungan.

Kemudian hubungi nomor telepon redaksi yang ada di kartu pers, atau surat penugasan, untuk menanyakan kepada pimpinan atau sekretaris redaksi, apakah yang bersangkutan memang wartawan media tersebut atau bukan, papar Buyung mengakhiri. ( sumber : riauterkini.com )

Berita Lainnya

Index