Kuasai Golkar dan Birokrasi, Annas - Andi Rachman Menang!

Kuasai Golkar dan Birokrasi, Annas - Andi Rachman Menang!
Anas Ma'amun dan Herman Abdullah. ( prc )

PEKANBARU - Pertarungan Herman Abdullah dengan Annas Maamun pada Pilkada Riau putaran kedua, sulit ditebak siapa pemenangnya. Apakah Herman Abdullah atau Annas Maamun?

Herman Abdullah memang mempunyai pemilih "militan" di Kampar, Pekanbaru, Kuansing dan beberapa daerah lainnya. Namun Annas tak bisa dianggap sepele, ia saat ini sedang menjadi 'operator' mesin politik bernama Partai Golkar.

Kerja keras Annas ingin duduk sebagai Gubernur Riau tak bisa diabaikan begitu saja. Terbukti, pada Pilkada putaran pertama Annas mampun menggungguli empat kandidat lainnya.

Namun sayang, Annastak mampu menembus perolehan suara 30 persen lebih. Karena itu Pilkada putaran kedua harus dilakukan.

Sementara itu Herman Abdullah juga tidak bisa dianggap remeh. Mantan Walikota Pekanbaru selama dua periode itu mempunyai basis pemilih yang tak kalah dibanding kandidat lainnya.

Meski tak bisa mempengaruhi perangkat pemerintahan di tingkat kecamatan dan kelurahan karena sedang tidak menjabat, bukan berarti Herman tak punya pengaruh kuat dan pendukung 'setia'.

Menanggapi kondisi ini, pengamat politik dari Universitas Islam Riau, Zaini Ali melihat Annas Maamun dan Herman Abdullah sama-sama memiliki peluang menang yang besar.

"Sekarang tergantung pola mainnya. Masing-masing kandidat sudah menyiapkan strategi meraih kemenangan," ujar Zaini.

Ia melihat Annas Maamun bisa menang kalau dia menggunakan mesin partai Golkar dan birokrasi. "Pak Annas orang pemerintahan. Dia bisa menggunakan birokrasi pemerintahan melalui Partai Golkar," katanya.

Zaini Ali menjelaskan, saat ini Annas merupakan Ketua DPD I Partai Golkar Riau. "Kita tahu bahwa sejumlah kepala daerah di provinsi Riau merupakan orang Golkar. Nah, hal ini bisa dimanfaatkan Annas untuk kepentingan politiknya. Dilihat dari sisi ini, peluang menang Annas lebih besar ketimbang Herman Abdullah," sebutnya.

Karena, lanjutnya, jalur pemerintahan itu tetap berpengaruh. Sebab pemerintahan bersentuhan dengan masyarakat. "Kadang pemerintah menggunakan sebagian oknum untuk mempengaruhi prilaku masyarakat. Nah, Herman tak mempunyai jalur itu. Kalau pun ada, tak seberapa dibandingkan dengan lawan politiknya," tambah Zaini.

Tapi kalau Annas bertarung sportif, lanjutnya, tidak memanfaatkan birokrasi, maka keduanya akan bertarung imbang.

"Dan Herman Abdullah bisa menang kalau masing-masing unsur penyelengara pemerintahaan itu taat hukum. Termasuk juga seluruh saksi boleh datang ke TPS tanpa diintimidasi," katanya.

Tak itu saja, penyelenggara di TPS juga harus terbuka dan jujur. "Kalau pertarungan dilakukan dengan sportif, Herman bisa jadi menang. Tapi kalau KPU lemah dan tak terbuka, Bawaslu dan Panwaslu tidak maksimal menjalankan tugasnya, tidak ada jaminan Herman akan menang," ulasnya.

Ia melihat, sejauh ini Pemilu dan Pilkada tidak bisa berjalan jujur dan adil (Jurdil). "Karena kita tidak konsisten dengan perauran. Jurdil itu hanya sebatas harapan saja," ungkapnya. ( sumber : politikriau.com )

Berita Lainnya

Index