Sempat Tak Bisa Dibuka, Kotak Suara Kuansing Sempat Jadi Ajang Protes Timses

Sempat Tak Bisa Dibuka, Kotak Suara Kuansing Sempat Jadi Ajang Protes Timses
ilustrasi. ( ktc )

PEKANBARU - Rapat Pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau 2013 di Hotel Mutiara Merdeka, Minggu ( 16/9 ) tak selalu berjalan mulus.
Pasalnya hampir Seluruh saksi dari masing-masing kandidat 'meributkan' acara 'sakral' itu dengan ragam protes, menyatakan ketidak puasan atas hasil rekapitulasi suara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau.

Termasuk kotak suara yang berisi hasil rekapitulasi dari Kuansing yang sempat tergembok dan sulit dibuka karena kuncinya hilang. Hal ini mendapatkan protes seorang saksi dari kandidat nomor urut 4 (Partai Demokrat), Roni Riyansyah. Ia pun menginginkan KPU Kuantan Singingi untuk mempertanggungjawabkan hilangnya kunci gembok kotak suara itu.


"Mana tahu, bisa menjadi kewajiban di Pemilu atau Pilgubri mendatang, kunci kotak suara wajib dihilangkan dan dibuka paksa sebagai wujud kerahasiaan," kata politikus ini disambut tepuk tangan yang tak jelas arahnya. Mendukung, atau justru mengejek dagelan itu.


Aksi protes juga terus mewarnai jalannya Rapat Pleno KPU Riau tersebut, ajang demokrasi pun semakin 'memanas', namun mengasyikan karena dagelan menjadi guyonan, topeng monyet.


Mulai dari indikasi penggelembungan suara, pelanggaran pidana akibat politik uang hingga perseteruan antara penyelenggara dengan peserta, terus bergulir. Sedikit ketegangan sempat terjadi, ketika beberapa pendukung pasangan nomor urut 4, Achmad-Masrul, tiba-tiba dengan lantang membantah pimpinan rapat.


'Melangkahi' kebijakan untuk kemudian keluar dari ruang Rapat Pleno setelah memberikan komitmennya tentang Pilgubri yang dipandang penuh dengan kecurangan.


"Kecuali Rokan Hilir dan Rokan Hulu serta Kota Dumai, kami memiliki bukti-bukti kecurangan termasuk adanya penggelembungan suara," ujar Roni Riyansyah, kader Demokrat itu.


Rokan Hilir adalah lumbung suara bagi 'sahabat' kandidat yang mereka dukung bernomor urut 2, Anas-Andi, dari Partai Golkar. Sementara di Kabupaten Rokan Hulu, merupakan kawasan bagi kandidat negeri seribu suluk.

Sementara itu Ketua KPU Kuansing, Firdaus Oemar, SH yang dikonfirmasi usai usai pleno mengatakan, bahwa hal tersebut tidak benar. " Tidak benar kunci hilang, karena ada didalam amplop,"ujarnya.

Mengenai kotak suara susah dibuka pada awalnya memang diakui Firdaus Oemar. Hal tersebut terjadi karena petugas yang akan membuka kunci kotak suara tidak melepas segel terlebih dahulu.
" Karena segel tidak dibuka , langsung memasukkan kunci, otomatis ketika kunci dimasukkan kertas segel pun terdorong kedalam. Akibatnya kunci tidak bisa masuk,"ujarnya.
Harusnya petuga melepas kertas segel terlebih dahulu baru dimasukkan kunci. karena segel menutup kunci tersebut. Namun demikian, proses laporan hasil suara dari Kuansing berjalan lancar . ( sumber : goriau.com/ktc )

Berita Lainnya

Index