Stres Mulai Menghantui Timses dan Kandidat

Stres Mulai Menghantui Timses dan Kandidat
RSJ Tampan. ( fhoto : politikriau.com )

PEKANBARU - PENGIDAP stres bisa dialami oleh siapa saja. Kalau stres sudah melanda, maka dia tak mengenal usia maupun strata kehidupan. Kaya atau miskin, sama saja. Jika stres datang menghantui maka yang terjadi adalah perasaan gelisah, sensitif berlebihan, sering melamun, susah tidur malam, dan suka berbicara sendiri dengan fantasi-fantasi didalam pikirannya.

Bahkan, beberapa tahun terakhir ini, pengidap stres tak sedikit menerpa orang-orang yang terlibat dalam dunia politik. Bukan cuma dialami oleh calon legislatif maupun calon kepala daerah, tapi penyakit stres juga ikut menjalar ke beberapa anggota tim sukses.

Tentu saja, penderita stres ini dialami oleh orang-orang yang kalah dalam pertarungan politik. Tak cuma berakhir di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), lebih tragis lagi, stres akibat kalah dalam dunia politik sudah banyak memakan korban jiwa.

Contoh sumber stres bisa dialami selama kegiatan politik dilakukan. Misalnya, terjadi kekisruhan dalam tubuh partai politik. Lalu, 'kegerahan' karena lawan politik dianggap bermain curang. Malah, hingar bingar kemacetan jalan saat berkampanye serta rasa jenuh berlebihan melihat spanduk dan baliho yang semrawutan bisa mendatangkan stres.

Selain itu, termasuk perasaan cemas dari pejabat publik yang akan dimutasi pasca pemilihan kepala daerah juga menjadi penyebab timbulnya stres. Apalagi, jika mutasi seringkali bermuatan politis dan tidak memperhatikan aspek right man on the right job.

Perasaan kecewa merupakan salah satu gejala awal stres yang memang merupakan sesuatu yang wajar dan alamiah. Stres menurut pandangan awam, didefinisikan sebagai kondisi tegang yang tidak menyenangkan atau terasa ada masalah yang sangat membebani.

Sedangkan menurut ahli, stres disebut sebagai General Adaptation Syndrome (G.A.S). Hal yang dimaksud, yaitu respon otomatis atas setiap ancaman fisik atau emosional terhadap kesejahteraan organisme.

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) sedikit banyak membuat stres, baik pada pelaku terkait yang bersentuhan langsung maupun masyarakat secara umum.

Beberapa penelitian menunjukan, bahwa stres ringan dapat meningkatkan risiko flu 27% sedangkan stres berat dapat meningkatkan risiko flu sampai 47%. Ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat stres memikirkan percaturan politik.

Dengan demikian, bisa jadi kegiatan Pilkada turut meningkatkan penyakit flu. Dan perlu diketahui, penyakit ini jangan dianggap remeh disebabkan dalam jangka panjang tidak menutup kemungkinan dapat memperkecil angka harapan hidup akibat terus terkurasnya daya tahan tubuh.

Penurunan kekebalan tubuh, secara ilmu gizi, dapat dipahami karena selama kegiatan Pilkada banyak Vitamin C dalam tubuh ikut terkuras. Salah satu faktor pemicunya adalah reaksi amarah.

Padahal, menurut Irwin Stone seorang pakar gizi, seseorang yang meledak amarahnya bisa kehilangan Vitamin C sebesar 2.500 mg dalam waktu singkat. Angka tersebut hampir setara dengan jumlah Vitamin C dalam kurang lebih dua setengah kilogram jeruk. Sementara kebutuhan gizi Vitamin C harian seseorang pada kondisi normal umumnya hanya 50-60 mg.

Pantas saja Aristoteles berpendapat, bahwa marah adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Namun, yang sulit dilakukan seseorang adalah marah pada orang yang tepat, waktu yang tepat, dosis yang tepat, alasan yang tepat, dan cara yang tepat.

Dalam konteks kekinian, maka sebaiknya Tim Sukses (Timses) jangan mudah tersulut marah dan terpancing provokasi cuma karena 'jagoannya' kalah dalam Pilkada. Selain dapat merugikan secara sosial, juga dikarenakan tingginya dampak pada risiko kesehatan.

Situasi stres dalam Pilkada, selain dapat memicu risiko flu juga dapat memicu insomnia atau sindrom sulit tidur. Dan, perlu dipahami, bahwa stres secara biokimia akan merangsang produksi adrenalin dalam tubuh sehingga jantung berdebar keras dan cepat yang membuat seseorang sulit tidur.

Nah, untuk itu berhati-hatilah Tim Sukses dan kandidat yang bertarung di Pilkada. Jangan sampai Anda mengidap stres jika nantinya tak memenangkan pertarungan di pentas politik. ( sumber : politikriau.com )


Berita Lainnya

Index