PEKANBARU, GORIAU.COM - Beginilah dunia politik. Kawan bisa menjadi lawan. Dulu akrab dan saling berpekukan, kini menyisakan sakit hati dan rasa kecewa. Hal-hal itu kadang kala menjadi bagian yang 'halal' dalam dunia politik.


Menyimak kisah Suro Abadi dalam rangkaian perhelatan Pemilihan Gubernur Riau 2013 mengesankan sesuatu yang heroik. Apalagi, kisah ini bersangkut paut dengan Bupati Indragiri Hilir (Inhil) Indra Mukhlis Adnan dan Ketua DPW PPP Riau Aziz Zainal. Kedua tokoh ini maju sebagai pasangan bakal calon gubernur dan wakil Gubernur Riau periode 2013-2018.


Dalam jumpa pers, Jumat (31/5/2013) di RM Ayam Goreng Suharti jalan Riau, Pekanbaru, tokoh masyarakat Jawa Riau, Suro Abadi membuka persolan yang terjadi pada dirinya dan Indra Mukhlis Adnan. Dia tidak bisa menerima perlakuan Indra Mukhlis Adnan yang mendepaknya dari posisi calon wakil gubernur dan menggantikan dengan Aziz Zainal.


Diceritakannya, sejak awal Indra sudah membuat kesepakatan dengan Suro Abadi. Kesepakatannya adalah maju bersama satu paket dalam perhelatan Pilgubri 2013, di mana Indra sebagai calon gubernur dan Suro calon wakil gubernur. Kesepakatan ini juga membebankan kepada Suro agar dapat mengamankan perahu PPP. Pengamanan perahu PPP ini tidak dengan jumlah uang yang sedikit, bahkan sampai miliaran. Berapa angka pastinya, Suro tidak menyebutkan.


"Semua langkah itu kita tanggung dan kita siapkan," ujarnya.


Namun apa yang terjadi, Indra memutuskan memilih Aziz Zainal dan mengkhianati kesepakatannya dengan Suro. Padahal, Minggu malam (26/5/2013) Indra masih berpelukan dengan Suro untuk berniat maju. Tetapi, dalam waktu yang singkat, Indra beralih kasih, secara sepihak memutuskan untuk meminang Aziz. Hal ini membuat Suro dan segenap pengurus Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) merasa tersinggung.


"Itu keputusan yang sepihak, tanpa ada kesepakatan dengan saya. Artinya saya telah di zalimi Indra," ujarnya.


Pedihnya lagi, Senin (27/5/2013) Suro baru dikasih kabar, bahwa dirinya tidak berjodoh dengan Indra. Sementara siangnya Indra dan Aziz melenggang untuk mendaftar ke KPU Riau, dengan dukungan 26 parpol, meskipun di antaranya masih bermasalah.


Sesepuh masyarakat Jawa Riau, Imam Tukadi dalam jumpa pers tersebut tidak bisa menahan omongan. Dia merasa kecewa dan mengatakan, Indra sudah disuapi dan diminumi dengan upacara adat Jawa yang sakral. Tahu-tahu, Indra mengkhianati upacara adat itu."Ini pelecehan terhadap kami," ujar Tukadi.


Bentuk Gerakan Jowo Manunggal


Tidak diam sampai disitu, Suro dengan segenap pengurus IKJR membentuk gerakan Jowo Manunggal. Gerakan ini dipersiapkan untuk menghadapi Pilgubri 2013. Pergerakan itu melibatkan 42 persen pendudukan Jawa di Riau. Terdiri dari kumpulan organisasi peguyuban etnis Jawa di Riau.


"Ini gerakan moral untuk mencegah terjadinya politik kotor. Cukup saya saja yang menjadi korban, yang lainnya atau tokoh masyarakat suku lainnya jangan sampai mengalami. Kita dengan etnis lainnya di Riau ini ingin maju bersama-sama membangun Riau lebih baik ke depannya," ujarnya.


Gerakan ini masih sedang mengatur konsolidasi organisasi paguyuban masyarakat Jawa Riau. Setelah konsolidasi tercapai maka ada dukungan kepada salah satu calon. Siapa calon yang akan didukungnya, nanti berdasarkan kesepakatan dan kajian tersendiri.


"Yang jelas kami tidak memberikan dukungan kepada calon yang berpolitik kotor. Kami tidak memberikan dukungan nantinya kepada Indra Mukhlis Adnan yang mempraktikkan cara berpolitik tidak santun dan tidak elegan," ujarnya.


Sedangkan tujuan membentuk gerakan ini bukan bermaksud kampanye hitam, atau menodai jalannya Pilgubri. Justru pergerakan ini memberikan nilai positif terkait lancarnya Pilgubri 2013. Mendorong terciptanya politik yang baik, santun dan tidak mengecewakan.( grc/ktc )