PETI Untungkan Segelintir Orang, Rugikan Ribuan Orang

PETI Untungkan Segelintir Orang, Rugikan Ribuan Orang
Bupati H Sukarmis, Kapolres AKBP Wendry Purbyantoro dan Ir Mardianto Manan saat seminar PETI. ( isa


TELUK KUANTAN - Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) yang marak terjadi hampir di seluruh wilayah Kuasing hanya menguntungkan sekelompok orang. Sementara, yang dirugikan dari aktivitas yang merusak lingkungan itu ada ratusan ribu jiwa.

Hal tersebut ditegaskan Bupati Kuansing H Sukarmis saat membuka seminar pemberantasan PETI yang dtaja Polres Kuansing, Senin ( 27/5 ) pagi di Balai Adat Teluk Kuantan.
"Di segi ekonomi, PETI memang menguntungkan, dan membuat orang cepat kaya. Tapi sayang, PETI ini hanya menguntungkan sekelompok orang saja, dan sekarang ada ratusan ribu jiwa masyarakat yang mengeluh karena merasakan dampak buruk aktivitas ini,"ujarnya.

Ratusan ribu jiwa masyarakat itu, ujarnya merupakan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kuantan. Padahal dulinya sungai Kuantan bagi masyarakat merupakan tempat masyarakat menggantungkan hidup, seperti mencari ikan, minum, dan mandi serta bermain.

Sekarang ungkapnya air sudah sangat keruh dan tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia. Mengapa hal tersebut terjadi ujarnya, karena katanya menjelaskan, kerusakan sungai ini disebabkan oleh sekolompok orang yang tidak peduli dengan kehidupan masyarakat yang lainnya. "Jadi, PETI memang harus dihentikan, tak ada solusi lain," tegasnya.

Bupati lebih lanjut menjelaskan, kerusakan air di sepanjang Sungai Kuantan ini memang tidak bisa dipungkiri lagi. Masyarakat yang dulunya bisa melaksanakan kegiatan apapun di sepanjang sungai, kini tidak bisa lagi. Bahkan, untuk mengambil air wudhu' saja, masyarakat tidak mau lagi menggunakannya.

"Sekarang masyarakat langsung membawa air dari rumah. Itu kenapa? itu karena air sungai memang tidak bisa lagi digunakan," ungkap Sukarmis.

Menurut Bupati, mereka yang melakukan aktivitas PETI ini memang cepat kaya. Dan Ia meyakini, untuk tiga atau 4 tahun kedepan, perekonomian masyarakat yang melaksanakan aktivitas itu akan goyah dan mengalami kemiskinan.

PETI, kata Sukarmis, tidak hanya marak di aliran sungai. Namun, seperti di Singingi dan Singingi Hilir, sekelompok orang sudah merambah melaksanakan kegiatan ilegal ini diarea perkebunan bahkan hutan lindung. "Dulu hutan lindung yang begitu indah, kini sudah menjadi padang kerikil," kata Bupati dengan nada kesal.

Setiap hutan dan perkebunan yang dirusak hanya untuk PETI, kata Sukarmis, bahwa bekas dari aktivitas itu tidak bisa lagi dimanfaatkan, baik untuk perkebunan sawit maupun karet. "Saya sudah coba membeli tanah bekas PETI, sekarang sudah enam tahun tanah itu ditanami sawit, tapi memang seperti tanaman itu seperti iduik sogan mati tak omua alias tak subur, padahal sudah berbagai macam cara saya lakukan untuk merangsangnya agar tanah itu normal," katanya.

Disampaikannya kembali, bahwa pihaknya untuk menertibkan PETI ini sudah melakukan berbagai cara, mulai dari cara pendekatan kemanusian, hingga represif. Namun diakuinya, usahanya itu sia-sia. "Sudah berbagai macam cara kita lakukan, mulai dari lunak, keras, tapi tak bisa juga dihentikan," ujar Bupati. ( idi susianto )

Berita Lainnya

Index