Belasan Mobil Dirusak, Massa Lempari Petugas

Penertiban PETI di Hulu Kuantan Berakhir Ricuh

Penertiban PETI di Hulu Kuantan Berakhir Ricuh
Salah satu mobil plat merah yang paling parah dirusak massa. (isa )
TELUK KUANTAN - Penertiban penambangan emas tanpa izin ( PETI ) yang dilakukan tim terpadu Pemkab Kuansing, hari Selasa ( 145 ) pagi hingga sore  menemukan tantangan  dari warga yang melakukan penolakan dan berakhir ricuh. Kejadian  ricuh dan amuk massa terjadi di Lubuk Ambacang dan desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan.
Akibatnya belasan roda empat plat merah dan pribadi anggota tim dirusak massa. Tidak hanya itu, warga juga menyerang anggota petugas dan anggota tim yang sedang hilir mudik di sungai Kuantan dengan lemparan batu dan caki maki terutama setelah terjadi aksi pengrusakan. Karena itu petugas sempat melepas tembakan gas air mata dan tembakan peringatan untuk membubarkan warga.
Pada awalnya penertiban berlangsung aman. Sekitar pukul 09.00 WIB pagi, tim penertiban melakukan apel siaga di camp Batu Sirah  lebih kurang 2 kilometer ke hulu sungai Kuantan dari desa Lubuk Ambacang ibukota kecamatan Hulu Kuantan. Anggota tim menuju lokasi ini menggunakan pompong dan speed boat sedangkan kenderaan ditinggal di kantor camat setempat dan pasar Lubuk Ambacang.
Dalam apel ini Kabag Ops Polres Kuansing, Kompol Azwar, mengingatkan razia melibatkan dua 2 Polres yakni Polres Kuansing dan juga Polres Sawahlunto Sijunjung.  Tim dari Kuansing yang juga melibatkan Satpol PP, TNI, Dishub bergerak menuju hulu sungai Kuantan dan Polres Sawah Lunto Sijunjung bergerak menuju hilir sungai Kuantan dan  bertemu di perbatasan kedua kabupatan di sungai Ngawan desa Inuman masih kecamatan yang sama. Menjelang bertemu di perbatasan tim dua kabupaten ini akan menertibkan mesin dompeng alat pencari emas yang ditemukan beroperasi atau sedang ditinggalkan pemilik.
Tim Kuansing berangkat menuju perbatasan dengan 3 pompong kayu bermuatan 25 orang dan 3 speed boat yang bermuatan lebih kurang 10 orang dipimpin langsung Bupati H Sukarmis didampingi Wakapolres Kuansing Kompol Khaldun, Kajari Teluk Kuantan Maryono, SH, MH dan Pabung Kodim Inhu Mayor ( Inf ) Rio Purwantoro dan pejabat sipil, polisi dan TNI lainnya. Jarak antara Camp dan perbatasan lebih kurang 5 kilometer lewat jalur air.
Namun mengingat medan yang cukup berat, 3 pompong kayu tidak berhasil mencapai perbatasan dan kembali ke camp di Batu Sirah. Karena medan memang sudah seperti arena arung jeram sebab banyak batu besar dan berarus deras sekali. Bahkan  1 pompong sempat menabrak batu besar dan terhempas ke dinding batu diantara dua jurang bebatuan yang mengapit sungai Kuantan setinggi 100 meter lebih yang membuat tim menjadi cemas. Sedangkan 3  speed boat termasuk Bupati Sukarmis tetap melaju ke perbatasan.
Disaat tim yang ada di camp dan yang menuju perbatasan melaksanaan tugas dan memantau keadaan, pukul 12.30 terlihat adanya konsentrasi massa di jembatan Ma'rifat Marjani yang menghubungkan desa Lubuk Ambacang dan Koto Kombu sekitar 200 meter dari kantor Camat Hulu Kuantan. Hal ini karena mereka telah mendapat informasi puluhan mesin dompeng dan kapal PETI sudah dibakar tim. Hal ini membuat amarah massa memuncak karena dianggap menganggu mata pencaharian mereka .
Pada pukul 1 siang saat makan siang tiba-tiba konsentrasi massa yang ditaksir berjumlah 70 orang itu bergerak menuju kantor Camat Hulu Kuantan melewati pasar Lubuk Ambacang.  Sesampai di kantor camat mereka lantas melempari kaca kantor tersebut. Tidak hanya itu, massa juga merusak roda empat yang sedang parkir di depan kantor camat ini seperti Bus Dalmas Polres Kuansing dan truk Dalmas Satpol PP. Akibatnya kaca kedua mobil ini berantakan.
Massa kemudian bergerak kembali ke jembatan Ma'arfat Marjani. Namun sesampai di Pasar Lubuk Ambacang yang berjarak 50 meter dari kantor Camat massa kembali merusak belasan mobil dinas dan mobil pribadi anggota tim . Kebetulan selain halaman kantor camat, areal parkir pasar juga dijadikan arena parkir kenderaan tim.
Diantara mobil yang rusak parah diamuk warga dipasar Lubuk Jambi masing-masing BM 3 K milik Kajari Teluk Kuantan Maryono, SH,MH, mobil  dinas Wakapolres Kuansing Kompol Haldun, mobil Kabag Umum Setda Kuansing Hendra, AP,M.Si, mobil wartawan Riau Televisi Pekanbaru,  mobil wartawan Metro TV dan mobil yang digunakan wartawan yang bertugas di Kuansing.  Sementara itu mobil dinas Bupati dan Ketua DPRD luput dari aksi perusakan karena sedang tidak berada di TKP.
Rata-rata kaca mobil mereka hancur dirusak wraga dengan menggunakan batu dan kayu, bahkan didalam mobil Kabag Hendra masih terlihat sejumlah batu dan kayu yang digunakan massa untuk merusak. Selepas itu, massa kembali berkumpul di jembatan Ma'arifat Marjani. Aksi massa ini ditaksir terjadi tak lebih dari 20 menit. Saat kejadian sejumlah aparat berada di TKP tetapi karena kalah jumlah mereka tidak bisa berbuat banyak.
Anggota TNI, Polri dan Satpol PP yang tidak jadi sampai ke perbatasan dan sedang stand by di camp Batu Sirah kemudian menerima terjadinya aksi massa ini. Dipimpin Kasat Binmas Polres Kuansing AKP Mahmudin, dua pompong bermuatan pasukan TNI, Polri dan Satpol PP lebih kurang 60 orang personil segera bertolak menuju Lubuk Ambacang untuk mengendalikan aksi massa  agar tidak meluas. Setelah dua pompong pertama, pasukan kedua sebanyak satu pompong juga dikirim dari camp Batu Sirah untuk memback up petugas yang telah sampai.
Sesampai di Lubuk Ambacang, aparat kemudian memblokir jembatan Ma'arifat Marjani agar massa dari arah Koto Kombu tidak menyeberang ke Lubuk Ambacang dan mengulangi aksi mereka. Belum diketahui apakah massa itu berasal dari Koto Kombu atau massa yang memang berkumpul di desa ini. Pasalnya saat itu emosi massa masih tersulut amarah saat itu akibat razia PETI ini yang dianggap sebagai tulang punggung perekonomian. Sementara tim lainnya mengamankan areal Pasar Lubuk Ambacang dan Kantor Camat.
Walaupun diblokir aparat keamanan, dan aparat keamanan terus mendesak massa menjauh dari jembatan Ma'rifat Marjani ke arah desa Koto Kombu, tak menyurutkan nyali warga untuk melawan. Bahkan ratusan warga yang berkumpul baik orang tua, remaja, anak dan ibu-ibu melempar petugas dengan batu. Sesekali aparat keamanan mundur karena begitu banyak warga yang melempar.
Tidak hanya melempar petugas dijembatan Ma'arifat Marjani, warga juga melempari setiap pompong tim yang datang dari camp Batu Sirah menuju Lubuk Ambacang yang membawa petugas keamanan dan anggota tim lain terutama setelah kejadian pengrusakan mobil. Bahkan ibu-ibu dan remaja sering berteriak agar PETI tidak ditertibkan karena merupakan periuk nasi mereka. Mereka berteriak-teriak dari tebing agar PETI tidak dihapuskan.
Pompong terakhir yang datang dari Camp Batu Sirah yang tiba sekitar pukul 4 sore bahkan coba dikejar warga hingga ke dalam sungai Kuantan. Ratusan warga berlarian dengan membawa batu dan kayu kearah sungai mengejar pompong terakhir ini.

Melihat aksi nekad warga ini petugas yang berada di atas jembatan Ma'arifat Marjani mulai bertindak tegas. Mereka menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan untuk menghalau massa. Puluhan tembakan peringatan yang memecah situasi saat itu berhasil membuat warga kocar kacir dan berlariah ke dalam desa Koto Kombu. Tembakan ini juga mengakibatkan warga desa Lubuk Ambacang banyak yang berdiam di dalam rumah.

Sementara itu Wakapolres Kuansing, Kompol Hadun yang dikonfirmasi wartawan pasca kejadian, memastikan bahwa razia penertiban PETI akan berlanjut. Aksi massa yang melakukan penolakan seperti yang terjadi di Hulu Kuantan tidak akan menyurutkan Polres untuk memback up Pemkab dalam memberantas PETI, bahkan akan ditingkatkan.

Mengenai otak pelaku penggerak massa, Wakapolres mengaku sudah mengantonginya, dan dalam waktu dekat diusahakan ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dirinya juga meminta warga untuk menahan diri dan tidak berbuat hal yang melanggar hukum.

Mengenai jumlah mesindompeng yang dibakar dan dirusak tim siang tadi, menurut Wakapolres lebih kurang 57 unit.( isa )

 

Berita Lainnya

Index