Digempur Sana Sini, Harga CPO Akhirnya Anjlok

Digempur Sana Sini, Harga CPO Akhirnya Anjlok
Kelapa sawit. Fhoto : cnbc.indonesia

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (CPO) kontrak kemarin ditutup anjlok dan hari ini ditransaksikan melemah.

Aksi boikot minyak sawit Malaysia oleh India dan kesepakatan dagang fase 1 Amerika Serikat (AS)-China jadi faktor pemicunya.

Dikutip dari cnbc.indonesia, Kamis (16/1/2020) harga CPO kontrak di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) berada di level RM 2.943/ton, turun 2 ringgit dibanding harga penutupan kemarin.

Kemarin harga CPO ditutup di level RM 2.945/ton anjlok 60 ringgit atau terkoreksi hingga 2%. CPO memang tengah digempur oleh berbagai sentimen yang ada akhir-akhir ini.

Masih hangat pemberitaan beberapa hari terakhir, India tengah melakukan aksi boikot terhadap produk sawit Malaysia.

Upaya tersebut dilakukan India untuk membalas negeri Jiran yang mengkritik tindakan India yang dinilai 'menginvasi dan menduduki' Khasmir serta menuding UU Kewarganegaraan baru yang 'anti-Islam'.

Merespon hal tersebut Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad menyampaikan akan terus menyuarakan kebenaran dan melawan hal yang tidak benar walau akan berdampak pada ekonomi Malaysia, melansir Reuters.

Menurut kajian Maybank IB, larangan impor minyak sawit Malaysia akan membuat persediaan minyak sawit Malaysia menumpuk dan ketika output kembali pulih pada kuartal II-2020, harga CPO terancam terkoreksi.

Minggu lalu, New Delhi memberlakukan pelarangan impor minyak sawit olahan dan palmolefin menyusul kritik Perdana Menteri Malaysia pada India bulan Desember lalu.

. Kini importir India tak lagi membeli CPO maupun minyak sawit Malaysia. Hal tersebut disampaikan langsung oleh setidaknya empat pelaku industri kepada Reuters.

Faktor kedua yang membuat harga CPO akhirnya anjlok adalah kesepakatan dagang fase satu antara AS dan China yang diteken kemarin di Gedung Putih.

Pada seremoni itu Presiden AS Donald Trump hadir dan menyampaikan pidatonya, sementara China diwakili oleh Perdana Menterinya yaitu Liu He yang membacakan surat dari Xi Jinping.

Salah satu poin dalam kesepakatan itu adalah AS memangkas tarif dari 15% menjadi 7,5% untuk produk impor asal China senilai US$ 120 miliar dan China akan membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar selama dua tahun.

Salah satu produk yang akan dibeli oleh China dari AS adalah produk pertanian. Pada 2020 target pembelian produk pertanian AS oleh China nilainya mencapai US$ 12,5 miliar yang di dalamnya termasuk minyak nabati, daging, sereaL, kapas, dan seafood.

Hal ini bukan kabar baik untuk CPO. Kala perang dagang AS-China terjadi ekspor minyak sawit Malaysia ke China melonjak drastis. Namun kala keduanya kini berdamai, China akan kembali membeli kedelai dari AS. ( artikel ini telah terbit di cnbc.indonesia sebelumnya )

Berita Lainnya

Index