Putra Kuansing Gagal Jadi Menteri Kabinet Jokowi - JK

Putra Kuansing Gagal Jadi Menteri Kabinet Jokowi - JK
Presiden Joko Widodo - Wapres Jusuf Kalla . ( ktc )

TELUK KUANTAN - Putra Kuansing gagal menjadi salah seorang mentri di kabinet Jokowi -  JK. Menjelang detik-detik pengumuman oleh Presiden Jokowi tidak terdapat nama-nama putra Kuansing yang sebelumnya dinominasi menjadi Menteri seperti Dr Alfitra Salam dan Professor Maswadi Rauf.

Mereka diusulkan menjadi Mentri tidak hanya berasal dari tokoh-tokoh Kuansing namun juga tokoh-tokoh Riau. Salah satu tokoh Riau yang paling getol mendukung Alfitra  Salam menjadi Mentri yakni mantan Menteri Dalam Negeri era Presiden Habibie Letjen ( Puirn ) Syarwan Hamid.

Alasan Syarwan mengusulkan Alfitra Salam, karena saat ini Alfitra Salam sedang menjadi pejabat eselon  I di pusat yakni Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga. Dengan jabatan ini, Alfitra Salam asal kecamatan Cerenti itu dimata Syarwan Hamid sudah mumpuni diberi jabatan setingkat Mentri.

Nama lain yang juga berpeluang menjadi Mentri yakni Professor Maswadi Rauf. Guru besar ilmu politik dari UI tersebut juga terkenal sebagai pengama politik. Dibirokrasi, Maswadi  Rauf asal Kenegerian Teluk Kuantan itu pernah menjadi Deputi Menteri PAN.

Pemerhati sosial politik Kuansing, Pazi Mahyudin, S.Ip, M.Si  menilai, rendahnya posisi tawar Kuansing ditingkat Riau saat ini apalagi ditingkat nasional karena tidak memiliki kekompakkkan. Seperti panjat pinang, saling jatuh menjatuhkan bukannya saling dukung mendukung seperti halnya masyarakat Sumtara Utara dan Sumatra Barat.

" Karena itu Sumatera Barat dan Sumatera Utara siapapun Presiden tetap terwadahi, karena mereka mudah bersatu dan kompak,"ujarnya.

Untuk itu Pazli menyatakan, kedepan perlu ada kesepakatan diantara tokoh-tokoh dan masyarakat Kuansing, kapan berkompetisi, kapan bersatu serta bagaimana kompetisi seperti Pilkada tidak menimbulkan perpecahan. " Kalau sekarang yang beruntung di Pilkada mendapat akses  luas, sementara yang tidak beruntung malah sebaliknya. Begitu juga  kalau kelompok baru nanti yang beruntung, kelompok lama juga tidak akan diberi akses, hal ini menimbulkan rasa antipati berlebihan dan susah disatukan. Perlu ada duduk bersama kalau tidak Kita yang rugi, orang akan menganggap Kuansing sebelah mata karena orang luar sudah tahu tidak kompak,"pungkasnya. ( isa )

Berita Lainnya

Index